WELL COME

HIDUP ADALAH IBADAH UNTUK BEKAL AKHIRAT

Rabu, 10 Februari 2010

PERENUNGAN

SABAR, TSABAT DALAM DALAM MENGHADAPI RINTANGAN DAKWAH
Ikhwati fillah….
Marilah kita renungkan dan tadabburi ayat ini
مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً
(23: الأحزاب)
Di antara orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah maka diantara mereka ada yang gugur dan diantara mereka ada pula yang menunggu dan mereka tidak merubah janjinya.(QS : Al-Ahzab : 23)

Imam Syahid berpesan :
Senantiasa kita bergerak dan berjihad serta bersabar hingga kita meraih kemenangan meskipun tujuan masih jauh dan membutuhkan waktu bertahun tahun sampai ajal menjemput Dan janganlah kita merubah janji kita (wama badalu tabdila ) .
Akhi fillah
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak didapati kejadian-kejadian yang membutuhkan kesabaran. Karena memang hidup itu sendiri merupakan perjuangan yang tidak lepas dari segala macam tantangan. Dan sikap yang terbaik untuk menghadapinya adalah bersabar dan tidak gegabah sebagaimana hadis Rasulullah:
” إنَ لِلَهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى ، وكُلُ شَيِءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًى ، فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ “
Sesungguhnya Allah berhak mengambil dan memberi ( hidup tidak lepas dari segala macam tantangan ) dan segala sesuatu itu ada batasnya hendaknya ia bersabar dan mengharap pahala dari Allah.
Begitulah Sabar atau tsabat timbul karena adanya tantangan. Sejauh seseorang dapat bersabar, sejauh itu pula ia berhasil menghadapi suatu tantangan. Dengan kata lain, bahwa kesabaran adalah buah kemenangan yang dicapai oleh seseorang dalam bertempur menghadapi tantangan. Hal ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Bahwa orang yang kuat adalah orang yang dapat menundukkan dirinya ketika ia hendak marah, mampu bersabar mengekang hawa nafsunya.
قال : ” ليس الشديد بالصرعة ، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب ” متفق عليه.
Manusia yang diciptakan oleh Allah di muka bumi ini sejak dari nabi Adam as. telah dipertemukan oleh Allah dengan pokok tantangan yaitu syaitan, yang juga sebagai musuh utama manusia. Hal demikian dimaksudkan oleh Allah untuk memilih dari seluruh menusia yang diciptakan-Nya, manusia-manusia yang akan menjadi Khalifahnya di muka bumi. Tugas Khalifah, tugas untuk memimpin dan mengatur dunia inilah yang dibebankan oleh Allah kepada manusia. Karena tugas Khalifah di muka bumi ini merupakan tugas yang berat dan besar maka Allah menghendaki Khalifahnya yang mengemban tugas tersebut, adalah mereka yang mampu menghadapi tantangan-tantangannya dan mampu bertahan, sabar dan tetap berpegang teguh pada tali-tali ajaran-Nya.
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: “kami telah beriman “ sedang mereka tidak diuji lagi, dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang belum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang –orang yang dusta”.
Syaitan sebagai musuh bebuyutan manusia selalu menggodanya melalui nafsunya, akalnya bahkan agamanya sekalipun.
Disinilah terjadinya tantangan dan pergolakan dalam diri manusia. Hanya manusia-manusia yang tetap tegak,sabar , tsabatt dan istiqamah dalam garis-garis Allah, yang akan memperoleh kemenangan.
Akhi fillah…….
Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah contoh kongkrit.
Risalah dakwah adalah risalah yg sesuai dengan fitrah manusia sehingga akan diterima dengan mudah oleh umat manusia. Memang demikianlah halnya bagi orang-orang yang suci hatinya. Bersih dari penyakit kekufuran, kedengkian dan kebencian. Dengan segala lapang dada mereka menerima risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Hal ini bisa dilihat pada orang-orang terdekatnya, Khodijah binti Khuwailid, Abu Bakar Shiddiq, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqas sdb. Tetapi sunnatullah dalam berdakwah, menyiarkan kebenaran, menunjukan kenyataan lain.
Ketika Rasulullah mulai bergerak menyiarkan dakwahnya secara terang-terangan di bukit sofa, justru tantangan pertama kali datang dari paman beliau, Abu Lahab yang mengatakan kepada Rasulullah: “Celakalah engkau wahai Muhammad, hanya untuk inikah kiranya engkau mengumpulkan kami.”
Tantangan yang dihadapi oleh Rasulullah SAW tidak berhenti sampai disitu, orang-orang Quraisy mengingkari dakwah Rasulullah dengan dalih bahwa mereka tidak bisa meninggalkan agama warisan nenek moyang mereka yang telah mendarah daging. Semakin lama Rasulullah SAW. Menyiarkan risalahnya dan semakin tampak cahaya benderang, semakin gencar pula tantangan yang dihadapinya. Para sahabat beliaupun tidak luput dari gangguan orang musyrikin Quraisy.
Satu contoh ketabahan dan tsabat, dapat kita temui pada Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah sedang berjalan di sebuah lorong kota Makkah. Datanglah ejekan bahkan penghinaan dari beberapa orang.
Mereka menaburkan pasir di atas kepala Rasulullah SAW. Beliau meneruskan perjalanan sampai kembali ke rumahnya dan kepala Rasulullah SAW, masih kotor dengan pasir. Melihat yang demikian, salah seorang putri Rasulullah beranjak hendak membersihkan pasir tersebut sambil menangis. Dengan penuh ketabahan Rasulullah SAW. Berkata kepada putrinya: “Wahai putriku, janganlah engkau menangis, karena sesungguhnya Allah yang akan melindungi bapakmu.”
Disamping Rasulullah sabar menghadapi segala cobaan ujian dan penganiyaan, beliau juga tetap, tsabat, terus menekuni tugas sucinya (menyampaikan risalah) dengan berbagai macam usaha, berdakwah siang dan malam, secara sembunyi dan terang-terangan, mendatangi para kaum ke tempat-temapat perkumpulan mereka. Pada setiap musim haji Rasulullah secara aktif menyampaikan kegiatan dakwahnya, menyampaikan kalimat Allah yang haq kepada setiap orang yang ditemuinya besar kecil, kaya miskin, hamba sahaya dan orang merdeka, mengajak mereka untuk menjadi pembela ajarannya, dan bagi mereka yang mau mengikuti Rasulullah dijanjikan belasan syurga
Setiap Rasulullah SAW berhadapan dengan tantangan dakwah, beliau selalu menunjukan sikapnya yang tetap tabah dan tsabat. Orang-orang Quraisy telah melakukan segala cara menghalangi dakwah Rasulullah SAW, tetapi semuanya tidak menunjukan hasil yang mereka inginkan, semuanya berakhir dengan sia-sia. Ketika mereka hendak membujuk Rasulullah, melaluiAbu Thalib, meminta tolong agar Abu Thalib bisa mempengaruhi Rasulullah untuk meninggalkan dakwahnya. Rasulullah SAW menjawab dengan tegas.
Ketegaran dan ketabahan Rasulullah SAW, dalam menghadapi segala tantangan dakwah ini, tercermin pula pada diri para sahabatnya. Bilal bin Rabah, diterlentangkan di bawah terik sinar matahari dan perutnya ditimbun dengan batu yang besar, dipaksa disuruh menyembah Latta dan Uzza dan meninggalkan ajaran Muhammad, Bilal menolak, dan tetap mengatakan :”Ahad, ahad” isyarat bahwa ia enggan menyembah, kecuali Tuhan yang satu/Tunggal. Ammar bin Yasir dan keluarganya disiksa ditengah padang pasir yang sangat panas oleh kaum musyrikin. Ketika Rasulullah mendapati mereka, beliau berkata: Bersabarlah wahai keluarga Yasir, Samiyyah yang dibunuh oleh Abu Jahal, karena menolak segala permintaannya, kecuali satu, yaitu Islam.
Sebenarnya, para musuh dakwah tersebut tidak mengingkari akan kebenaran ajaran yang dibawa oleh Rasulullah. Tetapi karena adanya rasa dengki dan hasad dalam hati, mereka dengan segala cara berusaha menghalangi perjalanan dakwah Rasulullah.
Sabar dan Tsabat mutlak diperlukan dalam dakwah.
Kehidupan dunia yang sangat komplek dan sarat dengan berbagi ragam keadaan, membuat manusia tidak pernah sepi dari kemungkinan adanya bencana yang akan menimpanya. Berapa banyak manusia yang kandas cita-citanya, terserang penyakit, kehilangan harta dan seterusnya. Ini merupakan sunnatullah di dunia yang penuh keanekaragaman
Kalaulah sunnatullah dalam kehidupan dunia dan pada diri manusia menghendaki demikian. Maka para pengemban dakwah, akan lebih besar kemungkinannya untuk tertimpa kesusahan. Mereka adalah orang-orang yang mengajak kepada ajaran Allah. Dalam waktu yang sama mereka akan mendapatakan perlawanan dari kaum thaghut. Mereka mengajak kepada kebenaran, maka musuhnya adalah orang-orang yang mengajak berbuat batil. Ketika mereka menyuruh kepada hal-hal yag ma’ruf, mereka akan berhadapan dengan penyeru kemungkaran. Sunnatullah menghendaki terciptanya Adam dengan Iblis, Nabi Ibrahim dan raja Namrud, Musa dan Fir’aun, Muhammad SAW dan Abu Jahal. Allah menegaskan dalam firmannya”
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS Al-An’am :112)
Begitulah keadaan para Nabi, para pewarisnya dan siapa saja yang berdakwah melewati jalanya.
Namun orang-orang yang mukmin yang yakin, yang mengetahui umurnya di dunia yang sangat pendek, yang menyadari sunnatullah pada para rasul dan nabi serta para pengemban dakwah yang mengikuti jalanya, merekalah orang-orang yang akan sabar menghadapi cobaan, tabah menerima ujian. Seperti disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Mereka yakin sepenuhnya, bahwa segala apa yang menimpanya, adalah sesuai dengan kadar yang telah tercatat. Segala cobaan yang menimpanya, mereka pandang sebagai pelajaran yang berharga, pendidikan yang akan membuat jiwa dan keimanan semakin matang Walhasil, ketika mereka baru keluar dari penjara umpamanya, bagaikan emas yang baru disepuh.
Maka hendaknya demikianlah halnya para pengembang dakwah, tidak akan pernah putus asa dan kehilangan harapan. Didalam dirinya tertanam akidah yang kuat dan sejuta simpanan sebagai bekal dakwah dan senjata untuk menghadapi pergolakan hidup yang penuh tantangan. Wallahu a’lam bishshawab.

SABAR, TSABAT DALAM DALAM MENGHADAPI RINTANGAN DAKWAH
Ikhwati fillah….
Marilah kita renungkan dan tadabburi ayat ini
مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلاً
(23: الأحزاب)
Di antara orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah maka diantara mereka ada yang gugur dan diantara mereka ada pula yang menunggu dan mereka tidak merubah janjinya.(QS : Al-Ahzab : 23)
Imam Syahid berpesan :
Senantiasa kita bergerak dan berjihad serta bersabar hingga kita meraih kemenangan meskipun tujuan masih jauh dan membutuhkan waktu bertahun tahun sampai ajal menjemput Dan janganlah kita merubah janji kita (wama badalu tabdila ) .
Akhi fillah
Dalam kehidupan sehari-hari, banyak didapati kejadian-kejadian yang membutuhkan kesabaran. Karena memang hidup itu sendiri merupakan perjuangan yang tidak lepas dari segala macam tantangan. Dan sikap yang terbaik untuk menghadapinya adalah bersabar dan tidak gegabah sebagaimana hadis Rasulullah:
” إنَ لِلَهِ مَا أَخَذَ وَلَهُ مَا أَعْطَى ، وكُلُ شَيِءٍ عِنْدَهُ بِأَجَلٍ مُسَمًى ، فَلْتَصْبِرْ وَلْتَحْتَسِبْ “
Sesungguhnya Allah berhak mengambil dan memberi ( hidup tidak lepas dari segala macam tantangan ) dan segala sesuatu itu ada batasnya hendaknya ia bersabar dan mengharap pahala dari Allah.
Begitulah Sabar atau tsabat timbul karena adanya tantangan. Sejauh seseorang dapat bersabar, sejauh itu pula ia berhasil menghadapi suatu tantangan. Dengan kata lain, bahwa kesabaran adalah buah kemenangan yang dicapai oleh seseorang dalam bertempur menghadapi tantangan. Hal ini sesuai dengan petunjuk Rasulullah SAW. Bahwa orang yang kuat adalah orang yang dapat menundukkan dirinya ketika ia hendak marah, mampu bersabar mengekang hawa nafsunya.
قال : ” ليس الشديد بالصرعة ، إنما الشديد الذي يملك نفسه عند الغضب ” متفق عليه.
Manusia yang diciptakan oleh Allah di muka bumi ini sejak dari nabi Adam as. telah dipertemukan oleh Allah dengan pokok tantangan yaitu syaitan, yang juga sebagai musuh utama manusia. Hal demikian dimaksudkan oleh Allah untuk memilih dari seluruh menusia yang diciptakan-Nya, manusia-manusia yang akan menjadi Khalifahnya di muka bumi. Tugas Khalifah, tugas untuk memimpin dan mengatur dunia inilah yang dibebankan oleh Allah kepada manusia. Karena tugas Khalifah di muka bumi ini merupakan tugas yang berat dan besar maka Allah menghendaki Khalifahnya yang mengemban tugas tersebut, adalah mereka yang mampu menghadapi tantangan-tantangannya dan mampu bertahan, sabar dan tetap berpegang teguh pada tali-tali ajaran-Nya.
“Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: “kami telah beriman “ sedang mereka tidak diuji lagi, dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang belum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang –orang yang dusta”.
Syaitan sebagai musuh bebuyutan manusia selalu menggodanya melalui nafsunya, akalnya bahkan agamanya sekalipun.
Disinilah terjadinya tantangan dan pergolakan dalam diri manusia. Hanya manusia-manusia yang tetap tegak,sabar , tsabatt dan istiqamah dalam garis-garis Allah, yang akan memperoleh kemenangan.
Akhi fillah…….
Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah contoh kongkrit.
Risalah dakwah adalah risalah yg sesuai dengan fitrah manusia sehingga akan diterima dengan mudah oleh umat manusia. Memang demikianlah halnya bagi orang-orang yang suci hatinya. Bersih dari penyakit kekufuran, kedengkian dan kebencian. Dengan segala lapang dada mereka menerima risalah yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Hal ini bisa dilihat pada orang-orang terdekatnya, Khodijah binti Khuwailid, Abu Bakar Shiddiq, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqqas sdb. Tetapi sunnatullah dalam berdakwah, menyiarkan kebenaran, menunjukan kenyataan lain.
Ketika Rasulullah mulai bergerak menyiarkan dakwahnya secara terang-terangan di bukit sofa, justru tantangan pertama kali datang dari paman beliau, Abu Lahab yang mengatakan kepada Rasulullah: “Celakalah engkau wahai Muhammad, hanya untuk inikah kiranya engkau mengumpulkan kami.”
Tantangan yang dihadapi oleh Rasulullah SAW tidak berhenti sampai disitu, orang-orang Quraisy mengingkari dakwah Rasulullah dengan dalih bahwa mereka tidak bisa meninggalkan agama warisan nenek moyang mereka yang telah mendarah daging. Semakin lama Rasulullah SAW. Menyiarkan risalahnya dan semakin tampak cahaya benderang, semakin gencar pula tantangan yang dihadapinya. Para sahabat beliaupun tidak luput dari gangguan orang musyrikin Quraisy.
Satu contoh ketabahan dan tsabat, dapat kita temui pada Rasulullah SAW. Ketika Rasulullah sedang berjalan di sebuah lorong kota Makkah. Datanglah ejekan bahkan penghinaan dari beberapa orang.
Mereka menaburkan pasir di atas kepala Rasulullah SAW. Beliau meneruskan perjalanan sampai kembali ke rumahnya dan kepala Rasulullah SAW, masih kotor dengan pasir. Melihat yang demikian, salah seorang putri Rasulullah beranjak hendak membersihkan pasir tersebut sambil menangis. Dengan penuh ketabahan Rasulullah SAW. Berkata kepada putrinya: “Wahai putriku, janganlah engkau menangis, karena sesungguhnya Allah yang akan melindungi bapakmu.”
Disamping Rasulullah sabar menghadapi segala cobaan ujian dan penganiyaan, beliau juga tetap, tsabat, terus menekuni tugas sucinya (menyampaikan risalah) dengan berbagai macam usaha, berdakwah siang dan malam, secara sembunyi dan terang-terangan, mendatangi para kaum ke tempat-temapat perkumpulan mereka. Pada setiap musim haji Rasulullah secara aktif menyampaikan kegiatan dakwahnya, menyampaikan kalimat Allah yang haq kepada setiap orang yang ditemuinya besar kecil, kaya miskin, hamba sahaya dan orang merdeka, mengajak mereka untuk menjadi pembela ajarannya, dan bagi mereka yang mau mengikuti Rasulullah dijanjikan belasan syurga
Setiap Rasulullah SAW berhadapan dengan tantangan dakwah, beliau selalu menunjukan sikapnya yang tetap tabah dan tsabat. Orang-orang Quraisy telah melakukan segala cara menghalangi dakwah Rasulullah SAW, tetapi semuanya tidak menunjukan hasil yang mereka inginkan, semuanya berakhir dengan sia-sia. Ketika mereka hendak membujuk Rasulullah, melaluiAbu Thalib, meminta tolong agar Abu Thalib bisa mempengaruhi Rasulullah untuk meninggalkan dakwahnya. Rasulullah SAW menjawab dengan tegas.
Ketegaran dan ketabahan Rasulullah SAW, dalam menghadapi segala tantangan dakwah ini, tercermin pula pada diri para sahabatnya. Bilal bin Rabah, diterlentangkan di bawah terik sinar matahari dan perutnya ditimbun dengan batu yang besar, dipaksa disuruh menyembah Latta dan Uzza dan meninggalkan ajaran Muhammad, Bilal menolak, dan tetap mengatakan :”Ahad, ahad” isyarat bahwa ia enggan menyembah, kecuali Tuhan yang satu/Tunggal. Ammar bin Yasir dan keluarganya disiksa ditengah padang pasir yang sangat panas oleh kaum musyrikin. Ketika Rasulullah mendapati mereka, beliau berkata: Bersabarlah wahai keluarga Yasir, Samiyyah yang dibunuh oleh Abu Jahal, karena menolak segala permintaannya, kecuali satu, yaitu Islam.
Sebenarnya, para musuh dakwah tersebut tidak mengingkari akan kebenaran ajaran yang dibawa oleh Rasulullah. Tetapi karena adanya rasa dengki dan hasad dalam hati, mereka dengan segala cara berusaha menghalangi perjalanan dakwah Rasulullah.
Sabar dan Tsabat mutlak diperlukan dalam dakwah.
Kehidupan dunia yang sangat komplek dan sarat dengan berbagi ragam keadaan, membuat manusia tidak pernah sepi dari kemungkinan adanya bencana yang akan menimpanya. Berapa banyak manusia yang kandas cita-citanya, terserang penyakit, kehilangan harta dan seterusnya. Ini merupakan sunnatullah di dunia yang penuh keanekaragaman
Kalaulah sunnatullah dalam kehidupan dunia dan pada diri manusia menghendaki demikian. Maka para pengemban dakwah, akan lebih besar kemungkinannya untuk tertimpa kesusahan. Mereka adalah orang-orang yang mengajak kepada ajaran Allah. Dalam waktu yang sama mereka akan mendapatakan perlawanan dari kaum thaghut. Mereka mengajak kepada kebenaran, maka musuhnya adalah orang-orang yang mengajak berbuat batil. Ketika mereka menyuruh kepada hal-hal yag ma’ruf, mereka akan berhadapan dengan penyeru kemungkaran. Sunnatullah menghendaki terciptanya Adam dengan Iblis, Nabi Ibrahim dan raja Namrud, Musa dan Fir’aun, Muhammad SAW dan Abu Jahal. Allah menegaskan dalam firmannya”
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. (QS Al-An’am :112)
Begitulah keadaan para Nabi, para pewarisnya dan siapa saja yang berdakwah melewati jalanya.
Namun orang-orang yang mukmin yang yakin, yang mengetahui umurnya di dunia yang sangat pendek, yang menyadari sunnatullah pada para rasul dan nabi serta para pengemban dakwah yang mengikuti jalanya, merekalah orang-orang yang akan sabar menghadapi cobaan, tabah menerima ujian. Seperti disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.
Mereka yakin sepenuhnya, bahwa segala apa yang menimpanya, adalah sesuai dengan kadar yang telah tercatat. Segala cobaan yang menimpanya, mereka pandang sebagai pelajaran yang berharga, pendidikan yang akan membuat jiwa dan keimanan semakin matang Walhasil, ketika mereka baru keluar dari penjara umpamanya, bagaikan emas yang baru disepuh.
Maka hendaknya demikianlah halnya para pengembang dakwah, tidak akan pernah putus asa dan kehilangan harapan. Didalam dirinya tertanam akidah yang kuat dan sejuta simpanan sebagai bekal dakwah dan senjata untuk menghadapi pergolakan hidup yang penuh tantangan. Wallahu a’lam bishshawab.

Riya
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. (Al Baqarah: 263)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Al Baqarah: 264)

Di dalam tafsirnya [1], Al Imam Ibnu Katsir rahimahullah dalam menjelaskan ayat-ayat tersebut menukil sebuah hadits dari shahih Muslim, dari jalur Abu Dzar radhiyallahu 'anhu, sbb:
Ada tiga macam orang yang Allah tidak mau berbicara kepada mereka di hari kiamat dan tidak mau memandang mereka serta tidak mau menyucikan mereka (dari dosa-dosanya) dan bagi mereka siksa yang pedih. Yaitu orang-orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya, orang yang suka memanjangkan kainnya dan orang yang melariskan dagangannya melalui sumpah dusta (HR Muslim).

Selain itu beliau juga menukil hadits-hadits lain.
Tidak dapat masuk surga orang yang menyakiti (kedua orang tuanya), orang yang suka menyebut-nyebut pemberiannya, orang yang gemar minuman keras, dan orang yang tidak percaya kepada takdir (HR Muslim, Ahmad, Ibnu Majah)

Ada tiga macam orang, Allah tidak mau memandang kepada mereka di hari kiamat, yaitu orang yang menyakiti orang tuanya, orang yang gemar minum khamr, dan orang yang suka menyebut-nyebut apa yang telah diberikannya. (HR Nasa'i, Hakim, Ibnu Hibban)

Tidak dapat masuk surga orang yang gemar minuman khamr, orang yang menyakiti kedua orang tuanya, dan orang yang menyebut-nyebut pemberiannya (HR Nasa'i)

Al Imam menjelaskan dengan ayat-ayat itu, Allah memberitahukan bahwa amal sedekah itu pahalanya terhapus bila diiringi dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan si penerimanya. Perbuatan riya juga membatalkan pahala sedekah, yakni orang yang menampakkan kepada orang banyak bahwa sedekah yang dilakukannya adalah karena mengharapkan ridha Allah, padahal pada hakikatnya ia hanya ingin dipuji oleh mereka atau dirinya menjadi terkenal sebagai orang yang memiliki sifat yang terpuji, supaya orang-orang hormat kepadanya, atau dikatakan bahwa dia orang yang dermawan dan niat lainnya yang berkaitan dengan tujuan duniawi, tanpa memperhatikan niat ikhlas karena Allah dan mencari ridhaNya serta pahalaNya yang berlimpah. Karena itu (pada ayat 264) Allah menyatakan "...dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian...".

Perumpamaan ini dibuatkan oleh Allah untuk orang yang pamer (riya) dalam berinfak. Ad-Dahhak mengatakan bahwa orang yang mengiringi infaknya dengan menyebut-nyebutnya atau menyakiti perasaan penerimanya, perumpaaannya disebut dalam ayat 264 itu seperti batu licin yang ketika ditimpa hujan lebat tidak ada sedikitpun bekas tanah di atasnya melainkan semuanya lenyap tidak berbekas. Demikian pula halnya amal orang yang riya (pamer), pahalanya lenyap dan menyusut di sisi Allah, sekalipun orang yang bersangkutan menampakkan amal perbuatannya di mata orang banyak seperti tanah (karena banyaknya amal). Karena itulah pada akhir ayat 264, Allah berfirman "... Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."

Di surah lain Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri (An Nisaa': 36)

Imam Ibnu Katsir menukil sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Hatim. Bahwa Mutarrif rahimahullah menceritakan bahwa ia menerima sebuah hadits dari Abu Dzar yang kemudian membuatnya ingin sekali berjumpa langsung dengan Abu Dzar. Bertanya Mutarrif, "wahai Abu Dzar, telah sampai kepadaku bahwa dirimu pernah menduga bahwa Rasulullah terlah bersabda: sesungguhnya Allah menyukai tiga orang dan membenci tiga orang". Abu Dzar menjawab, "Memang benar, kamu tentu percaya bahwa aku tidak akan berdusta kepada kekasihku (Nabi)". Mutarrif bertanya, "Lalu siapakah tiga macam orang yang dibenci oleh Allah itu?". Abu Dzar menjawab, "Orang yang sombong lagi membangga-banggakan diri. Bukankah kamupun telah menjumpainya di dalam kitabullah yang ada pada kalian?" (ayat pada An Nisaa' 36).

Demikianlah penjelasan Imam Ibnu Katsir tentang ayat-ayat tersebut. [1]

Riya dan atau sum'ah dan atau membanggakan diri adalah penyakit yang sering dan amat gampang menghinggapi hati kita, yaitu mengamalkan ibadah supaya dilihat atau didengar orang dalam rangka mencari popularitas. Imam Ibnu Hadjar rahimahullah mengutip sebuah hadits yang dihasankan oleh Imam Ahmad, sbb: [2]
Dari Mahmud Ibnu Labid Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya hal yang paling aku takuti menimpamu ialah syirik kecil, yaitu riya." (HR Ahmad)

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan bahwa dosa-dosa besar seperti syirik, zina dan homoseksual ditandai oleh Allah sebagai najis dan keji, yang tidak ditandai demikian pada dosa-dosa lainnya. Adapun najisnya syirik maka terbagi menjadi dua macam: Najis mughallazhah dan najis mukhaffafah. Najis mughallazhah adalah syirik besar yang tidak akan diampuni Allah, sebab Allah tidak akan mengampuni dosa syirik. Adapun najis mukhaffafah adalah syirik kecil, seperti riya', pamer kepada makhluk, bersumpah dengannya, takut dan mengharap kepadanya. [3]

Kita pun sebetulnya sudah pada mahfum, bahkan tanpa saya nukil penjelasan-penjelasan dari para al Allamah itu pun, kita sudah tahu bahayanya riya dan membangga-banggakan diri.

Selama saya berinteraksi dengan komponen-komponen PKS, dengan media apapun, entah itu interaksi langsung dalam pergaulan sehari-hari, entah itu via blog ini, entah itu melihat forum-forum PKS atau mailing list PKS, entah itu via website-website PKS, atau pernyataan-pernyataan publik para petinggi PKS, selama itu pula saya paling merasa terganggu dengan kelakuan membanggakan amal dari sebagian oknum mulai dari qiyadah sampai jundi atau pendukung. Tidak semua sih, hanya sebagian. A'udzubillah.

Biasanya dalam bentuk menyebut baksos, sudah banyak amal di masyarakat, bawa bendera besar-besar, sampai kemudian merasa berhak mempertanyakan amal orang lain, terutama ketika dikritik. Di blog ini saja dengan mudah bisa kita temui model diskusi seperti itu, "ente emang sudah beramal apa DOS?"

Idiih... saya mau amal apa, ngapain saya bilang, a'udzubillah deh. Kelakuan menyebut amal ini belakangan makin parah, sampai via media yang jangkauanya amat luas, yaitu iklan televisi.

Demikianlah ceritanya, awalnya beberapa partai memulai saling mengklaim keberhasilan pemerintah saat ini. Ternyata PKS pun tidak ketinggalan. Per hari ini, tanggal 22 Februari, muncul iklan yang mengklaim keberhasilan swasembada pangan sebagai prestasi PKS. "Banyak yang mengklaim keberhasilan swasembada pangan. Tapi mereka tidak tahu siapa otak di balik itu semua", begitu kira-kira narasi iklannya. [4]

Konon awalnya PKS sama sekali tidak mau ikutan mengklaim keberhasilan PKS, dan menyebut kelakukan Golkar melalui iklannya yang mengklaim keberhasilan di bidang pertanian adalah memalukan. Demikianlah pernyataan wakil sekjen Fahri Hamzah sebagaimana yang dilaporkan oleh Vivanews. [5]

Rasa malu memang ternyata sudah sulit untuk dimiliki oleh politisi, bahkan yang dari partai dakwah sekalipun. Karena itulah pada tulisan sebelumnya, saya menyerukan kepada para qiyadah PKS, "milikilah rasa malu."

Ternyata kelakuan Golkar yang awalnya disebut memalukan itu, diikuti pula oleh PKS melalui iklannya yang paling gres ini. Dalam sebuah wawancara dengan portal berita online Inilah.com, Fahri Hamzah ditanya, "Dulu saat heboh rebutan klaim prestasi pemerintah, PKS menegaskan tidak akan turut larut dan latah, tapi sekarang PKS melalui iklan politik terbarunya mengklaim prestasi Menteri Pertanian Anton Apriyantono, bagaimana ceritanya?"

Berkata Fahri, "Iklan versi Anton Apriyantono (Menteri Pertanian) itu akhirnya ditayangkan karena pernah ada partai lain yang mengklaim hasil kerja Pak Anton. Bahkan klaim itu kami dengar masih terjadi." [6]

Rupanya tidak rela keberhasilan diklaim sendiri oleh orang lain. Orang juga harus tahu dong bahwa itu kerjaan saya, amal dan prestasi saya harus diketahui orang bahwa itu tuh saya, begitulah kira-kira.

Inilah repotnya jamaah dakwah masuk ranah politik bulat-bulat. Jamaah dakwah yang harusnya bersendikan pada prinsip atau nilai-nilai jamaah seperti haq dan bathil, halal dan haram, harus masuk ke ranah politik yang abu-abu, yang tidak jelas mana halal, mana haram apalagi syubhat. Plus ditambah ketidakjelasan itu rasanya manis. Akibatnya, alih-alih ikut mewarnai perpolitikan nasional yang islami sesuai nilai-nilai qurani, PKS malah ikut terabu-abukan habis-habisan. Rambu-rambu syariah ditabrak blas.

"Luruskan niat, ayo beramal," begitu pernyataan kader-kader PKS yang sering kita dengar. Saya kutip ulang sebuah nasehat di tulisan Kembali ke Asholah Dakwah (2).
Lihatlah apa yang kita lakukan. Kita baksos, sunatan masal, bagi-bagi sembako, dengan membawa atribut dan bendera. Istafti qolbak, a hadza lillah am lirroyah ? tanyakan pada hatimu, apakah ini lillah atau untuk bendera ?. Saya sempat tercenung, ketika ada seorang ikhwah yang sedang menggalang dana untuk tsunami pangandaran dibilangin oleh seorang sopir (semoga Allah memberinya pahala atas apa yang dikatakannya) ;” Jang, mun bade nyumbang mah sing ikhlas we, ulah nyandakan bendera” ( Mas, kalo mau nyumbang mah yang ikhlas saja, ndak usah bawa bendera). Betul sekali apa yang dikatakan pak sopir ini, saya jadi teringat firman Allah “ Innama nuth’imukum liwajhillah, laa nuridu mingkum jaza’a wa syukuro “ sesungguhnya aku memberi kalian makanan ini untuk wajah Allah, kami tidak menginginkan balasan dari kalian dan juga ucapan terima kasih.

Jadi untuk apa ini semua? (Niat) Untuk Allah ataukah untuk bendera/kekuasaan? Begitu pentingnya niat ini sehingga imam Bukhari rahimahullah menempatkannya sebagai hadits pertama di dalam shahih beliau.
Dari Alqamah bin Waqash al-Laitsi, ia berkata, "Aku mendengar Umar bin Khaththab r.a. berkata di atas mimbar, "Saya mendengar Rasulullah bersabda: Tiap-tiap amal perbuatan harus disertai dengan niat, balasan bagi setiap amal manusia sesuai apa yang diniatkannya. Barangsiapa yang berhijrah untuk mengharapkan dunia atau seorang perempuan untuk dinikahi, maka hijrahnya sesuai dengan apa yang diniatkannya." (HR Bukhari)

Imam Ibnu Hajar di dalam Fathul Baari menjelaskan bahwa dalam nash tersebut ada tambahan "sebab". Karena konteks hadits di atas mengisahkan orang yang berhijrah dengan tujuan menikahi perempuan. Maka disebutkannya "dunia" dalam hadits ini bertujuan untuk memberi peringatan kepada manusia untuk selalu berhati-hati terhadap gemerlapnya dunia. Syaikh Islam (Ibnu Taimiyah) mengatakan bahwa konteks penjelasan hadits tersebut adalah umum, walaupun mempunyai sebab khusus. [7]
Jadi niat awalnya PKS beramal -katakanlah seperti prestasi Mentan- itu karena Allah atau karena bendera/kekuasaan? wallahu a'lam, mudah-mudahan itu diniatkan karena Allah (terlepas dari benar atau tidaknya prestasi itu hasil kerja seorang Anton Apriantono sendiri). Tapi kalau diniatkan karena Allah, mengapa rambu-rambu Allah yang begitu jelas dalam Quran dan sunnah tentang larangan riya dan membanggakan diri ditabrak begitu saja?

Strategi politik?
Strategi di mihwar siyasi? Boleh bicara dua muka, boleh menyerempet nabrak rambu syariah?
Strategi perang? Partai lain ada saudara seakidah, lantas diperangi?

Dalam bayan nomor: 23/B/K/DSP-PKS/1429, DSP sudah memfatwakan "8 ETIKA KAMPANYE DALAM ISLAM". Di antaranya Tawadlu', dengan penjelasan: Rendah Hati, Tidak Menyombongkan Diri, dan Tidak Mudah Menuduh Orang Lain [8]. Apa DSP saat ini masih ada fungsinya?

Kalau, seandainya, jikalau... PKS nanti memenangkan pemilu, lalu mendapatkan kekuasaan, dengan cara seperti ini, rambu-rambu syariah ditabrak habis, lalu muncul eforia "kemenangan dakwah", saya khawatir perayaan kemenangan saat itu sebetulnya sebuah sinyal kebinasaan. Itulah istidraj.

Sudah jelas dan terang benderang segala rambu-rambu syariah di dalam agama ini sebagai jalan untuk orang-orang mukmin, tapi ternyata compliance 100% terhadap rambu-rambu itu bukanlah suatu keharusan buat PKS saat ini.
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (An Nisaa': 115)

Imam Ibnu Katsir menerangkan bahwa apabila ia menempuh jalan yang menyimpang itu, maka Kami (Allah) berikan balasan yang setimpal kepadanya, misalnya Kami jadikan baik pada permulaannya, dan Kami menghiaskan untuk dia sebagai istidraj (daya pikat ke arah kebinasaan). [1]

Naudzubillah min zalik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar