WELL COME

HIDUP ADALAH IBADAH UNTUK BEKAL AKHIRAT

Minggu, 07 Maret 2010

TEST I

Work on the questions below!

1. From the definition of capital market according to Law No. 8 of 1995 there were three activities undertaken by the capital market is………………..
2. There are two types of markets in the capital market is the primary market and secondary markets. The difference between the two types of these markets are….


3. BAPEPAM has among other functions is
4. Capital market supporting institutions consist of:
a. Investment Manager (Manajer Investasi)
b. Custodian (Kustodian)
c. Trustee (Wali amanat)
d. Intermediary (Perantara)
e. Securities underwriters (Penjamin efek)
f. Administration Bureau effect (Biro Administrasi Efek)
g. Morningstar (Pemeringkat Efek)
Describe each task
5. Explain the difference between stocks and bonds
6. Someone of investors bought 5 shares of PT Astra with 10,000 shares, Calculate the amount paid by these investors.
7. Explain understanding the stock exchange!
8. Mention the role of stock exchanges!
9. Decribes the instruments that are traded on stock exchanges!
10. What is the purpose of investors to invest in the stock market?

Rabu, 03 Maret 2010

PENGHUNI SYURGA

DUA GOLONGAN CALON PENGHUNI SYURGA

Salah satu ciri orang beriman adalah mempercayai yang ghaib, diantaranya yaitu dengan meyakini adanya Hari Kiamat dan adanya Surga serta Neraka. Surga dan Neraka adalah dua tempat kembali bagi seluruh manusia yang pernah ada di dunia ini, sejak manusia pertama Adam as hingga manusia terakhir yang bakal dilahirkan kelak. Baik itu manusia biasa maupun para utusan Allah. Ini adalah ketentuan Sang Khalik, Allah Azza Wa Jalla yang tidak mungkin dielakkan.


Dimulai dengan terjadinya Hari Kiamat yang ditandai dengan terdengarnya bunyi sangkakala yang ditiup oleh malaikat Israfil.

“ Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan”. (QS.Az-Zumar(39):68-70).

Pada hari itu Allah swt membagi hamba-Nya atas 3 golongan yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Golongan itu adalah :

1. Golongan orang yang paling dahulu beriman atau golongan Asyabiqun.

2. Golongan kanan atau golongan Al-Maimanah.

3. Golongan kiri atau golongan Al-Masyamah yang merupakan golongan terburuk.

Golongan Al-Masyamah adalah golongan para calon penghuni neraka sedangkan dua kelompok sebelumnya adalah golongan para calon penghuni surga. Golongan Asyabiqun lebih tinggi kedudukannya dibanding golongan Al-Maimanah. Mereka adalah orang-orang yang sangat dekat dengan-Nya. Oleh karenanya mereka masuk ke surga lebih awal dan tempatnyapun didekatkan kepada-Nya. Itulah surga kenikmatan. ( Al-Jannatin Na’im). Para rasul dan nabi termasuk kedalam golongan ini.

“ Apabila terjadi hari kiamat, terjadinya kiamat itu tidak dapat didustakan (disangkal). (Kejadian itu) merendahkan (satu golongan) dan meninggikan (golongan yang lain), apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya dan gunung-gunung dihancur luluhkan sehancur-hancurnya, maka jadilah dia debu yang beterbangan dan kamu menjadi tiga golongan .Yaitu golongan kanan. Alangkah mulianya golongan kanan itu. Dan golongan kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. . Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga)”. ( QS. Al-Waqiyah ( 56): 1-9).

Namun mengapa Sang Khalik membagi calon penghuni surga atas 2 kelompok? Atas dasar dan kriteria yang bagaimanakah Ia membuat pengelompokkan tersebut? Dapatkah kita, manusia mengetahui hal ini?

“ Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam surga keni`matan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian “. ( QS. Al-Waqiyah ( 56): 10-14)

Yang dimaksud dengan orang yang paling dahulu beriman adalah orang yang bersegera, yang tidak menunda-nunda mengimani apa yang dibawa seorang utusan Allah kepadanya. Biasanya mereka adalah para sahabat setia rasul-rasul dan nabi-nabi. Mereka adalah orang-orang terdekat rasul dan nabi yang hidup pada zamannya, mulai yang hidup pada zaman Adam as hingga yang hidup pada zaman Rasulullah Muhammad saw. Mereka adalah pengikut pertama sekaligus pelindung dan penolong rasul dan nabi mereka. Mereka ini mengabdikan seluruh hidupnya demi tegaknya agama.

Golongan orang yang paling dahulu beriman ini dibagi lagi atas 2 kelompok.

1. Orang-orang yang terdahulu, yaitu orang yang hidup pada zaman nabi pertama, Adam as ratusan ribu tahun yang lalu hingga yang hidup pada zaman sebelum turunnya kenabian Muhammad saw, sekitar 1500 tahun silam.

2. Orang-orang yang kemudian. Mereka adalah orang-orang yang hidup pada saat Rasulullah saw telah menerima wahyu hingga orang terakhir di akhir zaman nanti. Kita, umat Islam termasuk di dalam kelompok ini.

Ayat 14 surat Al-Waqiyah diatas menerangkan bahwa jumlah orang dari kelompok orang-orang terdahulu yang masuk surga adalah besar. Sementara dari kelompok orang yang kemudian kecil. Mengapa demikian ? Karena jumlah orang terdahulu memang jauh lebih banyak daripada jumlah orang yang kemudian. Mereka banyak karena rentang waktu dari zaman nabi Adam as hingga nabi Isa as teramat sangat panjang. Sementara orang-orang yang kemudian hanya yang hidup di masa Rasulullah saw telah menerima wahyu hingga terjadinya hari Kiamat. Bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa jarak antara hidup beliau dengan Hari Akhir hanya antara dua jari beliau?

“ Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar “. (QS.At-Taubah(9):100).

Tak dapat disangkal lagi, bagian kecil dari golongan yang terdahulu beriman, yang dijanjikan baginya surga tersebut adalah para sahabat yang hidup semasa dengan Rasulullah saw, yaitu orang-orang Muhajirin dan Anshar serta yang mengikuti dan mencontoh mereka dengan baik. Mereka adalah para sahabat seperti Abu Bakar ra, Umar Bin Khattab ra, Ustman Bin Affan ra, Ali Bin Thalib ra, Bilal dll. Mereka adalah termasuk diantara sepuluh sahabat yang namanya disebut Rasulullah sebagai calon penghuni surga. Tempat mereka sungguh mulia yaitu disisi para rasul dan nabi. Sedangkan dari sisi para sahabat di zaman Isa as adalah orang-orang Harawiyyin, yaitu para sahabat setia dan penolong Isa as. Orang Hawariyyin ini hidup sezaman dengan Isa as.

“Maka tatkala Isa mengetahui keingkaran mereka (Bani Israil) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?” Para hawariyyin (sahabat-sahabat setia) menjawab: “Kamilah penolong-penolong (agama) Allah. Kami beriman kepada Allah; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berserah diri”.(QS.Ali Imran (3):52).

“Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.(QS. Ali Maidah (5):69).

Bagaimana dengan kita, umat Islam yang hidup jauh dari masa hidup Rasululah dan para sahabat? Adakah tempat bagi kita di surga ?

“ Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan”. ( QS. Al-Waqiyah ( 56): 90-91).

Ya, golongan kanan. Kelihatannya dengan izin-Nya kita bisa masuk ke dalam kelompok ini. Jumlah orang yang masuk surga dari kelompok ini juga ada dua, sejumlah besar dari golongan orang-orang terdahulu dan sejumlah besar pula dari golongan orang yang kemudian.

“ (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan, (yaitu) segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan besar pula dari orang yang kemudian”.( QS. Al-Waqiyah ( 56): 38-40).

Namun yakinkah kita akan hal ini karena Rasulullah pernah bersabda :

“Sesungguhnya tujuh puluh ribu atau tujuh ratus ribu dari umatku masuk surga. Sebagian mereka saling berpegangan dengan sebagian yang lain. Yang pertama di antara mereka tidak mau masuk sebelum yang terakhir di antara mereka masuk. Wajah mereka seperti bentuk rembulan purnama.”.

Hadist ini diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad oleh Imam Muslim. Semoga bukan hadist shoheh. Atau semoga saja yang dimaksud 70.000 atau 700.000 oleh Rasulullah itu adalah umat beliau yang dari kelompok orang-orang yang terdahulu beriman. Karena 70 ribu atau 700 ribu adalah jumlah yang teramat sangat sedikit sekali apalagi dibanding jumlah orang yang ada sekarang ini. Bukankah kita sering mendengar bahwa orang yang bersyahadat dijamin masuk surga ? Namun betulkah semudah itu ?

“ Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian yaitu Al Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum di antara mereka; kemudian sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran). Hal itu adalah karena mereka mengaku: “Kami tidak akan disentuh oleh api neraka kecuali beberapa hari yang dapat dihitung“. Mereka diperdayakan dalam agama mereka oleh apa yang selalu mereka ada-adakan”. (QS.Ali Imran(3):23-24).

Ayat diatas menerangkan prilaku orang-orangYahudi yang merasa yakin bahwa mereka hanya akan disentuh api neraka sedikit saja dan pasti Allah akan mengampuni dosa-dosa serta memasukkan mereka ke dalam surga. Padahal mereka tidak memegang hukum yang telah ditetapkan-Nya dengan baik.! Berpegang pada ayat tersebut, apakah sudah cukup aman orang yang telah bersyahadat namun tidak mengamalkan ajaran-ajaran dan hukum-hukum Al-Quran ?? Bagaimana bila ternyata sesungguhnya Allah malah memasukannya kedalam golongan kiri ?

“Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?”. Mereka menjawab: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya dan adalah kami mendustakan hari pembalasan hingga datang kepada kami kematian“.(QS. Al-Muddatstsir (74):42-47)

Bahkan sesungguhnya orang yang pernah merasakan keimanan kemudian mendustakannya kembali adalah lebih buruk dari orang kafir. Tempat mereka kembali adalah di dasar neraka. Mereka adalah orang -orang Munafik.

“Yang demikian itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena itu mereka tidak dapat mengerti”. (QS.Al-Munafikun(63):3).

Atau bisa jadi karena kita terlalu meremehkan dosa-dosa kecil dan tidak segera bertaubat hingga akhirnya menumpuk dan menjadi kebiasaan.

Semoga kita bukan satupun diantara yang lengah ataupun menyepelekan keimanan dan hidayah-Nya, amin.

“ kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat la`nat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya. Mereka kekal di dalam la`nat itu; tidak akan diringankan siksa dari mereka dan tidak (pula) mereka diberi tangguh “.(QS.Al-Baqarah(2):160-162).

Wallahu’alam bishawwab.

TUJUH CIRI CALON PENGHUNI SYURGA

MANUSIA akan memperoleh ganjaran setimpal berdasarkan usaha atau
amalan dilakukannya baik perkara kecil atau besar yang tergolong dalam
perbuatan yang baik dan buruk. Allah berfirman yang bermaksud: "Barang
siapa mengerjakan kebaikan sebesar zarah pun, nescaya dia akan melihat
(balasannya). Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan walau sebesar
zarah pun, nescaya dia akan melihat (balasannya)." (Surah al-Zalzalah,
ayat 7-8) .

Setiap apa yang dilakukan memberi kesan kepada diri manusia
itu dan mereka yang beriman pastinya berusaha melakukan lebih banyak
perbuatan baik.

Orang Mukmin yang taat adalah golongan yang mendapat
kemuliaan dan kasih sayang Allah dan dijanjikan sebagai penghuni syurga
bernama Firdaus yang kekal di dalamnya. Tujuh ciri dimiliki golongan
ini dinyatakan Allah dalam surah al-Mukminun, ayat 1 hingga 11. Ciri
itu ialah:


Khusyuk dalam menunaikan solat

Insan yang Mukmin mampu melaksanakan solat dengan khusyuk
sesuai dengan keteguhan dan kemantapan iman dimilikinya. Pengertian
khusyuk mencakupi seseorang itu memahami apa yang dibaca dan
dilakukannya dalam solat. Menurut Imam al-Ghazali, dalam khusyuk itu juga harus ada
rasa takut kepada Allah. Sembahyang yang dikerjakan dengan khusyuk
adalah syarat pertama untuk mewarisi syurga Firdaus.
Memelihara diri daripada perbuatan yang tiada berguna

Seseorang yang benar-benar mukmin tidak akan membiarkan masa berlalu dengan tidak melakukan perkara berfaedah.

Menunaikan zakat

Seorang Muslim sejati akan rela dengan ikhlas menunaikan
kewajipan zakatnya tanpa wujud paksaan, lantaran sedar bahawa hartanya
sudah memenuhi syarat untuk berzakat.Selain itu, dia sedar bahawa pada harta miliknya itu ada hak orang lain
yang harus diberikan, terutama hak fakir miskin. Hartanya yang sebenar
hanyalah harta yang tinggal selepas dikeluarkan zakatnya.


Memelihara kehormatan

Orang mukmin berjaya akan menghindarkan diri daripada melakukan
penyimpangan dalam hal seksual dan tidak mendekati zina. Dia tidak akan
berlaku serong dan hanya menyalurkan keinginan syahwat (persetubuhan)
melalui jalan halal dengan pasangan sah.

Melaksanakan amanah

Seseorang mukmin yang diberi kepercayaan akan menunaikannya
dengan baik kerana kepercayaan itu adalah penghormatan paling berharga
baginya.

Memenuhi janji

Islam mengajar bahawa setiap janji mesti ditunaikan kerana
janji itu ibarat hutang. Lantaran itu ia perlu dibayar. Segala sesuatu
yang dijanjikan perlu dipenuhi kerana yang demikian adalah ciri Mukmin
berjaya.

Memelihara solat

Solat pada pandangan Mukmin sejati paling penting. Jadi, solat
mereka cukup terpelihara, sehingga dapat dilaksanakan dengan begitu
baik lagi sempurna. Waktu solat dijaga dengan baik seperti solat pada
awal waktu. Begitu juga dengan rukun dan pelbagai syarat lainnya yang
mana semuanya itu sangat diberi perhatian.

p/s: muhasabah diri tau..peace!! \(^_*)/

PENGHUNI NERAKA

GOLONGAN LELAKI DAN WANITA PENGHUNI NERAKA
Oleh Al Ustaz Zainudin Hashim

Benarkah Lelaki Selamat Dari Azab Neraka..?
Kalau dilihat secara renungan makrifat, terdapat satu hadis Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam yang menceritakan pengalaman baginda bertemu Allah SWT di Sidratul Muntaha malam Israk Mikraj, di mana Allah SWT telah memperlihatkan kepadanya keadaan wanita yang kebanyakan mereka dihumban dalam api neraka lantaran beberapa kesalahan semasa berada di dunia.


Namun ia bukan bermakna bahawa orang lelaki terselamat daripada panas api neraka dan dimasukkan dalam syurga Allah yang penuh dengan pelbagai nikmat yang luar biasa, yang terkadang tidak tergambar oleh akal fikiran manusia semasa hidup di dunia.

Justeru, apabila kita lihat beberapa istilah dalam al-Quran, menggambarkan kepada kita bahawa orang lelaki juga tidak kurang menjadi penghuni neraka. Ini berdasarkan keterangan al-Quran seperti istilah ‘Ashabun Nar’ (ahli neraka), al-Kafirun, al-Fasiqun, al-Munafiqun, az-Zolimun dan juga istilah yang disebut oleh baginda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam seperti golongan ‘dayus’, peminum arak dan anak-anak derhaka.

Apa yang menarik perhatian dalam isu yang ingin dibangkitkan di sini ialah golongan dayus seperti yang ditegaskan dalam sebuah hadis baginda. Ramai daripada kalangan umat Islam hari ini tidak menyedari bahawa mereka boleh termasuk golongan yang dayus dan tempat golongan ini di akhirat tidak lain adalah neraka.

Siapa Golongan Dayus..?

Mengapa neraka bagi golongan dayus? Golongan dayus ini sama ada seorang ayah yang membiarkan anak-anak gadis mereka keluar rumah tanpa mengenakan pakaian yang menutup aurat dengan sempurna begitu juga seorang suami yang membiarkan isterinya mendedahkan aurat seperti tidak memakai tudung kepala hingga di bawah perhiasan mereka.

Termasuklah membiarkan pembantu rumah di kalangan wanita asing yang dibiarkan tidak menutup aurat, maka suami tadi tidak berhak masuk syurga kerana membiarkan isteri dan pembantu rumahnya tidak menutup aurat seperti yang ditegaskan oleh al-Quran.

Peristiwa wanita ke neraka pada malam Mikraj

Sayidina Ali Karamallahuwajhah berkata:

“Saya dengan Fatimah pergi menghadap Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam. Kami dapati beliau sedang menangis, lalu kami bertanya kepadanya, apakah yang menyebabkan ayahanda menangis, ya Rasulullah?”

Baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab:

“Pada malam aku diisrak hingga ke langit, di sana aku melihat perempuan dalam keadaan amat dahsyat. Dengan sebab itu aku menangis mengenangkan azab yang diterima mereka.”

Saidina Ali Karamallahuwajhah bertanya:

“Apakah yang ayahanda lihat di sana?”


Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab:

“Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otak kepalanya menggelegak. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dicurah ke dalam halkumnya (tekak).
“Aku lihat perempuan yang digantung kedua-dua kakinya terikat, tangannya diikat ke ubun-ubunnya, didatangkan ular dan kala. Aku lihat perempuan yang memakan dagingnya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Aku lihat perempuan mukanya hitam dan memakan tali perutnya sendiri. “Aku lihat perempuan yang telinga pekak dan matanya buta, diisikan ke dalam peti yang diperbuat daripada api neraka, otaknya keluar daripada lubang hidung, badan bau busuk kerana penyakit kusta dan sopak.

“Aku lihat perempuan yang kepalanya seperti babi, badannya seperti himar dengan pelbagai kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, kala dan ular masuk ke kemaluannya, mulut dan pelepasnya (punggung). Malaikat memukulnya dengan corong api neraka.”

Fatimah pun bertanya kepada ayahandanya:

“Ayahanda yang dikasihi, beritakanlah kepada anakanda, apakah kesalahan yang dilakukan oleh perempuan itu?”

Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab:

“Fatimah, adapun perempuan tergantung rambutnya itu adalah perempuan yang tidak menutup rambut daripada bukan muhrimnya. Perempuan tergantung lidahnya ialah perempuan yang menggunakan lidahnya untuk memaki dan menyakiti hati suaminya.

“Perempuan yang digantung susunya adalah perempuan yang menyusukan anak orang lain tanpa izin suaminya. Perempuan kedua-dua kakinya tergantung itu ialah perempuan yang keluar dari rumahnya tanpa izin suaminya.

“Perempuan tidak mahu mandi daripada suci haid dan nifas ialah perempuan yang memakan badannya sendiri, juga kerana ia berhias untuk lelaki bukan suaminya dan suka mengumpat orang.

“Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka kerana ia memperkenalkan dirinya kepada orang asing, bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat lelaki lain.

“Perempuan diikat kedua kakinya dan tangannya ke atas ubun-ubunnya, disuakan ular dan kala kepadanya kerana ia boleh sembahyang tetapi tidak mengerjakannya dan tidak mandi janabah.

“Perempuan kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah ahli pengumpat dan pendusta. Perempuan rupanya seperti anjing ialah perempuan yang suka membuat fitnah dan membenci suaminya.

Seterusnya Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:

“Perempuan menyakit hati suami dengan lidahnya pada hari kiamat nanti Allah jadikan lidahnya sepanjang 70 hasta kemudian diikat di belakang tengkoknya.”

Abu Bakar as-Sidiq mengatakan, aku dengar Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:

“Perempuan menggunakan lidah untuk menyakiti hati suaminya ia akan dilaknat dan kemurkaan Allah.”

Usamah bin Zaid menceritakan, bahawa Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:

“Aku berdiri di atas syurga, kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah golongan miskin dan orang kaya tertahan di luar pintu syurga kerana dihisab. Selain daripada itu ahli neraka diperintahkan masuk ke dalam neraka, dan aku berdiri di atas pintu neraka, aku lihat kebanyakan yang masuk ke dalam neraka adalah perempuan.”

Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda yang bermaksud:

“Aku lihat api neraka, tidak pernah aku melihatnya seperti hari ini, kerana ada pemandangan yang dahsyat di dalamnya aku saksikan kebanyakan ahli neraka adalah perempuan.”

Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam ditanya, “Mengapa ya Rasulullah?”

Baginda Sallallahu ‘Alaihi Wasallam menjawab:

“Perempuan mengkufurkan suaminya dan mengkufurkan ihsannya, Jika engkau membuat baik kepadanya seberapa banyak pun dia belum berpuas hati dan cukup.” (Hadis riwayat Bukhari)

Tazkirah Jumaat: Lelaki ramai masuk neraka?
Ustaz Zainudin Hashim
Fri | Jul 24, 09 | 12:43:04 pm MYT
Kalau dilihat secara renungan makrifat, terdapat satu hadis Nabi Muhammad s.a.w. yang menceritakan pengalaman baginda bertemu Allah SWT di Sidratul Muntaha malam Israk Mikraj, di mana Allah SWT telah memperlihatkan kepadanya keadaan wanita yang kebanyakan mereka dihumban dalam api neraka lantaran beberapa kesalahan semasa berada di dunia.
Iklan




Namun ia bukan bermakna bahawa orang lelaki terselamat daripada panas api neraka dan dimasukkan dalam syurga Allah yang penuh dengan pelbagai nikmat yang luar biasa, yang terkadang tidak tergambar oleh akal fikiran manusia semasa hidup di dunia.

Justeru, apabila kita lihat beberapa istilah dalam al-Quran, menggambarkan kepada kita bahawa orang lelaki juga tidak kurang menjadi penghuni neraka. Ini berdasarkan keterangan al-Quran seperti istilah ‘Ashabun Nar’ (ahli neraka), al-Kafirun, al-Fasiqun, al-Munafiqun, az-Zolimun dan juga istilah yang disebut oleh baginda Rasulullah s.a.w. seperti golongan ‘dayus’, peminum arak dan anak-anak derhaka.

Apa yang menarik perhatian dalam isu yang ingin dibangkitkan di sini ialah golongan dayus seperti yang ditegaskan dalam sebuah hadis baginda. Ramai daripada kalangan umat Islam hari ini tidak menyedari bahawa mereka boleh termasuk golongan yang dayus dan tempat golongan ini di akhirat tidak lain adalah neraka.

Mengapa neraka bagi golongan dayus? Golongan dayus ini sama ada seorang ayah yang membiarkan anak-anak gadis mereka keluar rumah tanpa mengenakan pakaian yang menutup aurat dengan sempurna begitu juga seorang suami yang membiarkan isterinya mendedahkan aurat seperti tidak memakai tudung kepala hingga di bawah perhiasan mereka.

Termasuklah membiarkan pembantu rumah di kalangan wanita asing yang dibiarkan tidak menutup aurat, maka suami tadi tidak berhak masuk syurga kerana membiarkan isteri dan pembantu rumahnya tidak menutup aurat seperti yang ditegaskan oleh al-Quran.

Peristiwa wanita ke neraka pada malam Mikraj

Sayidina Ali k.w. berkata: “Saya dengan Fatimah pergi menghadap Rasulullah s.a.w. Kami dapati beliau sedang menangis, lalu kami bertanya kepadanya, apakah yang menyebabkan ayahanda menangis, ya Rasulullah?”

Baginda s.a.w. menjawab: “Pada malam aku diisrak hingga ke langit, di sana aku melihat perempuan dalam keadaan amat dahsyat. Dengan sebab itu aku menangis mengenangkan azab yang diterima mereka.”

Ali bertanya: “Apakah yang ayahanda lihat di sana?” Rasulullah s.a.w. menjawab: “Aku lihat ada perempuan digantung rambutnya, otak kepalanya menggelegak. Aku lihat perempuan digantung lidahnya, tangannya diikat ke belakang dan timah cair dicurah ke dalam halkumnya (tekak).

“Aku lihat perempuan yang digantung kedua-dua kakinya terikat, tangannya diikat ke ubun-ubunnya, didatangkan ular dan kala. Aku lihat perempuan yang memakan dagingnya sendiri, di bawahnya dinyalakan api neraka. Aku lihat perempuan mukanya hitam dan memakan tali perutnya sendiri. “Aku lihat perempuan yang telinga pekak dan matanya buta, diisikan ke dalam peti yang diperbuat daripada api neraka, otaknya keluar daripada lubang hidung, badan bau busuk kerana penyakit kusta dan sopak.

“Aku lihat perempuan yang kepalanya seperti babi, badannya seperti himar dengan pelbagai kesengsaraan dihadapinya. Aku lihat perempuan yang rupanya seperti anjing, kala dan ular masuk ke kemaluannya, mulut dan pelepasnya (punggung). Malaikat memukulnya dengan corong api neraka.”

Fatimah pun bertanya kepada ayahandanya: “Ayahanda yang dikasihi, beritakanlah kepada anakanda, apakah kesalahan yang dilakukan oleh perempuan itu?”

Rasulullah s.a.w. menjawab: “Fatimah, adapun perempuan tergantung rambutnya itu adalah perempuan yang tidak menutup rambut daripada bukan muhrimnya. Perempuan tergantung lidahnya ialah perempuan yang menggunakan lidahnya untuk memaki dan menyakiti hati suaminya.

“Perempuan yang digantung susunya adalah perempuan yang menyusukan anak orang lain tanpa izin suaminya. Perempuan kedua-dua kakinya tergantung itu ialah perempuan yang keluar dari rumahnya tanpa izin suaminya.

“Perempuan tidak mahu mandi daripada suci haid dan nifas ialah perempuan yang memakan badannya sendiri, juga kerana ia berhias untuk lelaki bukan suaminya dan suka mengumpat orang.

“Perempuan yang memotong badannya sendiri dengan gunting api neraka kerana ia memperkenalkan dirinya kepada orang asing, bersolek dan berhias supaya kecantikannya dilihat lelaki lain.

“Perempuan diikat kedua kakinya dan tangannya ke atas ubun-ubunnya, disuakan ular dan kala kepadanya kerana ia boleh sembahyang tetapi tidak mengerjakannya dan tidak mandi janabah.

“Perempuan kepalanya seperti babi dan badannya seperti himar ialah ahli pengumpat dan pendusta. Perempuan rupanya seperti anjing ialah perempuan yang suka membuat fitnah dan membenci suaminya.

Seterusnya Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Perempuan menyakit hati suami dengan lidahnya pada hari kiamat nanti Allah jadikan lidahnya sepanjang 70 hasta kemudian diikat di belakang tengkoknya.”

Abu Bakar as-Sidik mengatakan, aku dengar Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Perempuan menggunakan lidah untuk menyakiti hati suaminya ia akan dilaknat dan kemurkaan Allah.”

Usamah bin Zaid menceritakan, bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Aku berdiri di atas syurga, kebanyakan yang masuk ke dalamnya adalah golongan miskin dan orang kaya tertahan di luar pintu syurga kerana dihisab. Selain daripada itu ahli neraka diperintahkan masuk ke dalam neraka, dan aku berdiri di atas pintu neraka, aku lihat kebanyakan yang masuk ke dalam neraka adalah perempuan.”

Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Aku lihat api neraka, tidak pernah aku melihatnya seperti hari ini, kerana ada pemandangan yang dahsyat di dalamnya aku saksikan kebanyakan ahli neraka adalah perempuan.”

Rasulullah s.a.w. ditanya, mengapa ya Rasulullah? Baginda s.a.w. menjawab: “Perempuan mengkufurkan suaminya dan mengkufurkan ihsannya, Jika engkau membuat baik kepadanya seberapa banyak pun dia belum berpuas hati dan cukup.” (Hadis riwayat Bukhari)

Alhamdulillah, peristiwa ini banyak menyedarkan dan memberi pengajaran.. Janganlah kita tergolong dalam golongan yang suka menangguhkan ‘T A U B A T’. Kita tidak tahu, bilakah masanya Allah Subhanahu Wata’ala akan perintahkan jantung kita untuk berhenti bekerja, langsung anggota tubuh badan yang lain pun akur lalu nyawa pun dicabut..?

Bila datang perintah Allah, maka sudah pasti tubuh badan kita tidak mampu menidakkannya.. Namun.. Berapa banyakkah perintah Allah selama ini kita nafikan..?

Mohon izin para sahabat tolong sebarkan link ini kepada kenalan lain melalui e-mail, friendster, tagged, facebook dll dengan salin dari tanda * hingga * untuk link ringkas.

* Israk Mikraj : Siapakah Lelaki & Wanita Ahli Neraka..?

Jemput ziarah;

http://qhazanah.wordpress.com/2009/11/05/israk-mikraj-golongan-lelaki-dan-wanita-ahli-neraka/ *

Ayuh para sahabat, para penziarah halaman Qhazanah, jadikan mati itu sebagai penasihat dalam sesuatu apa sekali pun agar kita senantiasa berhati-hati dan meraih keredhaan Allah Subhanahu Wata’alA

PEMBUKA LORONG KEPADA NERAKA

Disediakan oleh:
Ahmad Fadhli bin Syaari
Pensyarah KIAS

Allah SWT mengingatkan mengenai kejayaan sebenar seorang hamba iaitu apabila ia telah selamat dari azab neraka dan dimasukkan ke dalam syurga. Firman Allah SWT:

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ

Yang bermaksud : "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan." (Surah Ali Imran, ayat 185)

Ayat ini jelas menyatakan bahawa kejayaan yang sebenar bukanlah apabila seseorang itu mendapat harta yang bertimbun-timbun, tidak juga apabila memenangi pilihan raya, dan apa jua kemegahan yang manusia dambakan di dunia. Tetapi kejayaan yang sebenar ialah apabila manusia dapat menyelamatkan diri daripada api neraka dan sekali gus melayakkan diri untuk menghuni syurga Allah SWT. Inilah kejayaan yang besar. Sesungguhnya kejayaan inilah yang benar-benar didambakan oleh manusia apabila tibanya mereka di hadapan Allah SWT.

Sesungguhnya akan tiba juga saat di mana penghuni neraka akan mengemis setitis air daripada penghuni syurga yang barangkali penghuni syurga inilah golongan yang sering kali mereka tindas dan keji ketika berada di dunia. Firman Allah SWT :

وَنَادَى أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ

Yang bermaksud : "Dan penghuni neraka menyeru penghuni syurga: " limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang Telah dirizkikan Allah kepadamu". mereka (penghuni surga) menjawab: "Sesungguhnya Allah Telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir." (Surah al-A’raf: 50)

Lantas apakah sebab-sebab yang menjerumuskan seseorang itu ke dalam neraka. Ketahuilah, sesungguhnya penghuni neraka itu terbahagi kepada dua golongan yang memasuki neraka kerana sebab-sebabnya yang tersendiri. Kategori pertama ialah mereka yang akan menghuni neraka buat selama-lamanya. Mereka ialah :

1. Orang-orang yang syirik kepada Allah SWT samada dari sudut uluhiyah, rububiyah atau sifat. Tidak ada ruang kemaafan bagi golongan seperti ini apabila berdepan dengan Allah SWT. Ini berdasarkan kepada firman Allah SWT :

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Yang bermaksud : "Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, Maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun." (Surah al-Maidah, ayat 72)

2. Kufur sama ada kepada Allah SWT, malaikat, para rasul, hari kiamat, kitab-kitab Allah atau qadha’ dan qadr daripada Allah SWT. Mengkufurkan salah satu daripada perkara-perkara ini dianggap sebagai menolak satu satu asas iman. Firman Allah SWT :

إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا* أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا

Yang bermaksud : "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud membezakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. kami Telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan." (Surah an-Nisa’, ayat 150-151)

3. Mengingkari kefardhuan salah satu daripada rukun-rukun Islam dengan menyatakan bahawa ia tidak diwajibkan oleh Allah SWT. Demikian juga dengan mengingkari pengharaman perkara-perkara yang jelas haram melalui nas yang sahih serta ijma’ muslimin seperti mengingkari pengharaman zina, arak, mencuri dan sebagainya. Mengingkari kefardhuan dan pengharaman yang jelas ini boleh menyebabkan seseorang terkeluar daripada Islam. Namun sekiranya ia mengingkari dengan sebab kejahilannya semata-mata, ia masih belum dikategorikan sebagai keluar daripada Islam.

4. Pempermainkan ketetapan atau apa jua yang berkaitan dengan Allah SWT samada dalam bentuk kata-kata atau perbuatan. Pelakuan ini boleh menyebabkan tergelincirnya aqidah dan menjadi pelorong untuk terjun selama-lamanya di dalam neraka. Firman Allah SWT :

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ* لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ

Yang bermaksud : "Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu kafir sesudah beriman. jika kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa." (Surah at-Taubah, ayat 65-66)

5. Mencela Allah SWT, agama yang diturunkanNya atau nabiNya. Samada ia dilakukan dengan iktikad atau hanya sekadar permainan kata sahaja, ia tetap dikira sebagai satu dosa yang besar. Bahkan menyebabkan orang lain mencela Allah SWT pun ditegah apatah lagi sekiranya diri sendiri yang mencela. Firman Allah SWT

وَلا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ

Yang bermaksud : "Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan." (Surah al-An’am, ayat 108)

6. Menghukum dengan selain daripada hukum Allah dengan keyakinan bahawa hukum manusia lebih baik daripada hukum Allah SWT. Firman Allah :

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

Yang bermaksud : "Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, Maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (Surah al-Maidah, ayat 44)

Adapun golongan yang tidak berhukum dengan hukum Allah kerana kejahilan atau kepentingan tertentu dengan tetap yakin bahawa hukum Allah jualah yang terbaik tidaklah tergolong sebagai golongan yang terkeluar daripada Islam. Namun ia tidak dimasukkan ke dalam golongan fasik atau zalim berdasarkan firman Allah dalam dua ayat selepasnya.

7. Orang-orang munafik iaitu yang menzahirkan Islam tetapi kufur di dalam hati mereka. Golongan ini lebih merbahaya daripada orang-orang kafir itu sendiri. Firman Allah SWT :

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

Yang bermaksud : "Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka."

Demikianlah sebahagian golongan yang akan menghuni neraka selama-lamanya. Manakala kategori kedua pula ialah golongan yang menghuni neraka dengan sementara. Mereka ini ialah orang-orang Islam yang sempurna akidahnya tetapi bergelumang dengan dosa-dosa yang tidak diampunkan melainkan perlu dihukum di dalam neraka terlebih dahulu. Tempoh masa menjalani hukuman tersebut hanya diketahui oleh Allah SWT. Walaupun hanya sementara, tetapi hukuman ini tetap merupakan satu hukuman yang berat dan menyiksakan. Di antara golongan yang disebut sebagai penghuni neraka sementara itu ialah :

1. Penderhaka kepada kedua ibubapa. Di dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari berbunyi :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْكَبَائِرُ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ قَالَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ ثُمَّ عُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ

Yang bermaksud : "Daripada Abdullah bin Umar RA berkata datang seorang badwi kepada Nabi SAW lalu bertanya, wahai Rasulullah, apakah dia dosa-dosa besar? Rasulullah SAW menjawab, syirik kepada Allah. Dia bertanya lagi, kemudian apa? Rasulullah SAW menjawab, menderhakai kedua ibubapa." (Hadis riwayat Bukhari)

2. Memutuskan hubungan silaturrahm. Ini juga dianggap sebagai dosa yang serius kerana boleh mengakibatkan hururara yang berpanjangan di dalam masyarakat. Nabi SAW bersabda :

لا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ

Yang bermaksud : "Tidak masuk syurga orang yang memutuskan (silatturahm)." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Allah SWT juga berfirman :

فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا أَرْحَامَكُمْ* أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ

Yang bermaksud : "Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka Itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka." (Surah Muhammad: 22-23)

Kadang-kadang ada di antara individu masyarakat yang hanya akan menyambung hubungan silaturrahm dengan orang yang berusaha menyambungkannya dengan mereka. Jila tiada inisiatif dari orang lain, maka dia sendiri tidak akan bergerak untuk memulakannya. Ini adalah satu sikap yang salah. Rasulullah SAW bersabda :

لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ وَلَكِنْ الْوَاصِلُ الَّذِي إِذَا قُطِعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا

Yang bermaksud : "Tidaklah yang menyambungkan silaturrahm itu orang-orang yang merasa cukup dengan apa yang ada, tetapi yang menyambungkan itu ialah orang-orang yang apabila terputus hubungan, akan berusaha menyambungkannya." (Riwayat Bukhari, Abu Daud dan Ahmad)

3. Memakan riba yang dianggap satu perang kepada Allah dan RasulNya. Firman Allah SWT :

فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لَا تَظْلِمُونَ وَلَا تُظْلَمُونَ

Yang bermaksud : "Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya." (Surah al-Baqarah: 279)

Firman Allah SWT lagi :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا الرِّبَا أَضْعَافًا مُضَاعَفَةً وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ* وَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِي أُعِدَّتْ لِلْكَافِرِينَ* وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Yang bermaksud : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan. Dan peliharalah dirimu dari api neraka, yang disediakan untuk orang-orang yang kafir. Dan taatilah Allah dan rasul, supaya kamu diberi rahmat." (Surah ali Imran, ayat 130-132)

4. Makan harta anak yatim sebagaimana firman Allah SWT :

إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْمًا إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا

Yang bermaksud : "Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)". (Surah an-Nisa’ ayat 10)

5. Penyaksian bohong. Ini kerana penyaksian seorang mukmin ialah sesuatu yang mulia. Maka mencemarkan kemuliaan ini dianggap sebagai satu dosa yang serius. Oleh yang demikian hendaklah setiap mukmin berhati-hati memberikan penyaksian terhadap apa jua perkara samada penyaksian berbentuk kata-kata atau tulisan. Rasulullah SAW bersabda :

لَنْ تَزُولَ قَدَمَا شَاهِدِ الزُّورِ حَتَّى يُوجِبَ اللَّهُ لَهُ النَّارَ

Yang bermaksud : "Tidak akan berganjak kaki penyaksi yang bohong kecuali Allah akan mewajibkannya masuk ke neraka" (Riwayat Ibnu Majah dan al-Hakim dengan katanya, hadis ini sahih isnad)

6. Rasuah, khususnya dalam penghakiman agar memihak kepadanya sekalipun ia berada di pihak yang salah. Nabi SAW bersabda :

الرَّاشِي والْمُرْتَشِي فِي النّار

Yang bermaksud : "Orang yang memberi rasuah dan penerima rasuah, berada di dalam neraka." (Riwayat Tabrani dengan perawi-perawi yang thiqat) Nasiruddin al-Bani menyatakan hadis ini dhaif namun beliau mensahihkan satu hadis lain iaitu : Allah SWT melaknat pemberi dan penerima rasuah.

7. Sumpah bohong khususnya yang mengkhianati hak orang lain. Nabi SAW bersabda :

مَنْ اقْتَطَعَ مَالَ امْرِئٍ مُسْلِمٍ بِيَمِينٍ كَاذِبَةٍ لَقِيَ اللَّهَ وَهُوَ عَلَيْهِ غَضْبَانُ

Yang bermaksud : "Sesiapa yang mengkhianati harta seseorang muslim dengan sumpah yang bohong, akan berjumpa dengan Allah SWT dalam keadaan Allah marah kepadanya" (Riwayat Bukhari dan Muslim)

8. Menghakimi sesuatu tanpa maklumat yang jelas atau dengan sikap memihak. Rasulullah SAW bersabda :

الْقُضَاةُ ثَلاثَةٌ وَاحِدٌ فِي الْجَنَّةِ وَاثْنَانِ فِي النَّارِ فَأَمَّا الَّذِي فِي الْجَنَّةِ فَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَقَضَى بِهِ وَرَجُلٌ عَرَفَ الْحَقَّ فَجَارَ فِي الْحُكْمِ فَهُوَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ قَضَى لِلنَّاسِ عَلَى جَهْلٍ فَهُوَ فِي النَّارِ

Yang bermaksud : "Hakim itu ada tiga golongan. Satu golongan ke syurga dan dua golongan ke neraka. Adapun yang ke syurga ialah orang yang mengetahui kebenaran dan memutuskan dengannya. Kedua ialah yang mengetahui kebenaran tetapi melanggarnya maka ia ke neraka dan ketiga yang menghakimi dengan kejahilan, dia juga akan ke neraka." (Hadis riwayat Abu Daud, Tirmizi dan Ibnu Majah. Disahihkan oleh al-Albani)

9. Pemimpin yang menggunakan kuasa untuk menindas dan menipu rakyat berdasarkan kepada sabda Nabi SAW :

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Yang bermaksud : "Tidak ada mana-mana hamba yang diamahkan oleh Allah untuk menjaga rakyatnya lalu mati dalam keadaan ia membohongi rakyatnya kecuali Allah mengharamkannya untuk ke syurga." (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Demikianlah sebab-sebab yang boleh menjerumuskan seseorang ke neraka. Marilah kita sama-sama berdoa agar dijauhi daripada sifat-sifat yang disebutkan di atas.

Selasa, 02 Maret 2010

HUKUM MELIHAT GAMBAR PONO

HUKUM MELIHAT GAMBAR PRONO

Sesungguhnya Allah swt telah memerintahkan orang-orang beriman untuk menjaga pandangan dari melihat aurat atau kehormatan orang lain, sebagaimana firman Allah swt

قُل لِّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

وَقُل لِّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلَا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ

Artinya : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.” (QS. An Nuur : 30 – 31)

Senada dengan ayat diatas, Nabi saw juga telah melarang seseorang melihat aurat orang lain walaupun seorang laki-laki terhadap laki-laki yang lain atau seorang wanita terhadap wanita yang lain baik dengan syahwat maupun tanpa syahwat, sebagaimana sabdanya saw,”Janganlah seorang laki-laki melihat aurat laki-laki (lain) dan janganlah seorang wanita melihat aurat wanita (lain). Janganlah seorang laki-laki berada dalam satu selimut dengan laki-laki lain dan janganlah seorang wanita berada dalam satu selimut dengan wanita lain.” (HR. Al Baihaqi)

Didalam film-film porno, batas-batas aurat atau bahkan inti dari aurat seseorang diperlihatkan dan dipertontonkan kepada orang-orang yang tidak halal melihatnya, ini merupakan perbuatan yang diharamkan baik orang yang mempertontokan maupun yang menontonnya.

Untuk itu tidak diperbolehkan bagi seseorang menyaksikan film porno walaupun dengan alasan belajar tentang cara-cara berhubungan atau menghilangkan kelemahan syahwatnya karena untuk alasan ini tidak mesti dengan menyaksikan film tersebut akan tetapi bisa dengan cara-cara lainnya yang didalamnya tidak ditampakkan aurat orang lain, seperti buku-buku agama yang menjelaskan tentang seks, buku-buku fiqih tentang pernikahan atau mungkin buku-buku umum tentang seks yang bebas dari penampakan aurat seseorang didalamnya.

Meskipun tidak ada nash yang jelas yang secara tegas memberikan hukuman (hadd) kepada orang yang menyaksikan atau melihat aurat orang asing, atau melaknat maupun mengancamnya dengan siksa neraka yang bisa memasukkan perbuatan itu kedalam dosa besar seperti yang disebutkan Imam Nawawi bahwa diantara tanda-tanda dosa besar adalah wajib atasnya hadd, diancam dengan siksa neraka dan sejensnya sebagaimana disebutkan didalam Al Qur’an maupun Sunnah. Para pelakunya pun disifatkan dengan fasiq berdasarkan nash, dilaknat sebagaimana Allah swt melaknat orang yang merubah batas-batas tanah. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz II hal 113)

Atau yang disebutkan oleh Izzuddin bin Abdul Aziz bin Abdus Salam bahwa sebagian ulama mengatakan dosa-dosa besar adalah segala dosa yang disertai dengan ancaman atau hadd (hukuman) atau laknat. (Qawaidul Ahkam Fii Mashalihil Anam juz I hal 32)

Akan tetapi apabila perbuatan itu dilakukan tanpa ada perasaan takut kepada Allah swt, penyesalan atau bahkan menyepelekannya sehingga menjadi sesuatu yang sering dilakukannya maka perbuatan itu bisa digolongkan kedalam dosa besar, sebagaimana pendapat dari Abu Hamid al Ghazali didalam “Al Basiith” bahwa batasan menyeluruh dalam hal dosa besar adalah segala kemaksiatan yang dilakukan seseorang tanpa ada perasaan takut dan penyesalan, seperti orang yang menyepelekan suatu dosa sehingga menjadi kebiasaan. Setiap penyepelean dan peremehan suatu dosa maka ia termasuk kedalam dosa besar.. (Shahih Muslim bi Syarhin Nawawi juz II hal 113)

Atau disebutkan didalam suatu ungkapan bahwa suatu dosa tidaklah dikatakan kecil apabila dilakukan secara terus menerus dan suatu dosa tidaklah dikatakan besar apabila dibarengi dengan istighfar.

Menonton Film Porno Termasuk Perzinahan

Didalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairoh berkata dari Nabi saw,”Sesungguhnya Allah telah menetapkan terhadap anak-anak Adam bagian dari zina yang bisa jadi ia mengalaminya dan hal itu tidaklah mustahil. Zina mata adalah penglihatan, zina lisan adalah perkataan dimana diri ini menginginkan dan menyukai serta kemaluan membenarkan itu semua atau mendustainya.” (HR. Bukhori)

Imam Bukhori memasukan hadits ini kedalam Bab Zina Anggota Tubuh Selain Kemaluan, artinya bahwa zina tidak hanya terbatas pada apa yang dilakukan oleh kemaluan seseorang saja. Namun zina bisa dilakukan dengan mata melalui pandangan dan penglihatannya kepada sesuatu yang tidak dihalalkan, zina bisa dilakukan dengan lisannya dengan membicarakan hal-hal yang tidak benar dan zina juga bisa dilakukan dengan tangannya berupa menyentuh, memegang sesuatu yang diharamkan.
Ibnu Hajar menyebutkan pendapat Ibnu Bathol yaitu,”Pandangan dan pembicaraan dinamakan dengan zina dikarenakan kedua hal tersebut menuntun seseorang untuk melakukan perzinahan yang sebenarnya. Karena itu kata selanjutnya adalah “serta kemaluan membenarkan itu semua atau mendustainya.” (Fathul Bari juz XI hal 28)

Adakah Hukuman Bagi Orang Yang Menontonnya

Sebagaimana disebutkan diatas bahwa tidak ada nash yang secara tegas menyebutkan bahwa orang yang melihat atau menyaksikan aurat orang lain, seperti menonton film porno ini dikenakan hukuman (hadd) akan tetapi si pelakunya harus diberikan teguran keras dan tidak ada kewajiban baginya kafarat.
Ibnul Qoyyim mengatakan,”Adapun teguran adalah pada setiap kemaksiatan yang tidak ada hadd (hukuman) dan juga tidak ada kafaratnya. Sesungguhnya kemaksiatan itu mencakup tiga macam :

1. Kemaksiatan yang didalamnya ada hadd dan kafarat.
2. Kemaksiatan yang didalamnya hanya ada kafarat tidak ada hadd.
3. Kemaksiatan yang didalamnya tidak ada hadd dan tidak ada kafarat.

Adapun contoh dari macam yang pertama adalah mencuri, minum khomr, zina dan menuduh orang berzina. Sedangkan contoh dari macam kedua adalah berjima’ pada siang hari di bulan Ramadhan, bersetubuh saat ihram.Dan contoh dari macam yang ketiga adalah menyetubuhi seorang budak yang dimiliki bersama antara dia dan orang lain, mencium orang asing dan berdua-duaan dengannya, masuk ke kamar mandi tanpa mengenakan sarung, memakan daging bangkai, darah, babi dan yang sejenisnya. (I’lamul Muwaqqi’in juz II hal 183)

Wallahu A’lam

(erm/Ustadz Sigit Pranowo, Lc.)


SIAPA AHLU SUNNAH?

SIAPAKAH AHLUS SUNNAH?

penulis Al Ustadz Abu Usamah bin Rawiyah An Nawawi

Istilah Ahlus Sunnah tentu tdk asing bagi kaum muslimin. Bahkan mereka semua mengaku sebagai Ahlus Sunnah. Tapi siapakah Ahlus Sunnah itu? Dan siapa pula kelompok yg disebut Rasulullah sebagai orang2 asing?

Telah menjadi ciri perjuangan iblis dan tentara-tentara yaitu terus berupaya mengelabui manusia. Yang batil bisa menjadi hak dan sebalik yg hak bisa menjadi batil. Sehingga ahli kebenaran bisa menjadi pelaku maksiat yg harus dimusuhi dan diisolir. Dan sebalik pelaku kemaksiatan bisa menjadi pemilik kebenaran yg harus dibela. Syi’ar pemecah belah ini merupakan ciri khas mereka dan mengganggu perjalanan manusia menuju Allah merupakan tujuan tertinggi mereka.

Tidak ada satupun pintu kecuali akan dilalui iblis dan tentaranya. Dan tdk ada satupun amalan kecuali akan dirusakkan minimal mengurangi nilai amalan tersebut di sisi Allah Subhanahu Wata’ala. Iblis mengatakan di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala: “Karena Engkau telah menyesatkanku mk aku akan benar-benar menghalangi mereka dari jalan-Mu yg lurus dan aku akan benar-benar mendatangi mereka dari arah depan dan belakang dan samping kiri dan samping kanan.”

Dalam upaya mengelabui mangsa Iblis akan mengatakan bahwa ahli kebenaran itu adl orang yg harus dijauhi dan dimusuhi dan kebenaran itu menjadi sesuatu yg harus ditinggalkan dan dia mengatakan: “Sehingga Engkau ya Allah menemukan kebanyakan mereka tdk bersyukur.”

Demikian hal yg terjadi pada istilah Ahlus Sunnah wal Jamaah. Istilah ini lbh melekat pada gambaran orang2 yg banyak beribadah dan orang2 yg berpemahaman sufi. tdk cuma itu semua kelompok yg ada di tengah kaum muslimin juga mengaku sebagai Ahlus Sunnah wal Jamaah. Walhasil nama Ahlus Sunnah menjadi rebutan orang. Mengapa demikian? Apakah keistimewaan Ahlus Sunnah sehingga harus diperebutkan? Dan siapakah mereka sesungguhnya?

Menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kita harus merujuk kepada keterangan Rasulullah Shallallahu ‘Alahi Wasallam dan ulama salaf dlm menentukan siapakah mereka yg sebenar dan apa ciri-ciri khas mereka. Jangan sampai kita yg digambarkan dlm sebuah sya’ir:
Semua mengaku telah meraih tangan Laila
Dan Laila tdk mengakui yg demikian itu

Bahwa tdk ada makna kalau hanya sebatas pengakuan sementara diri jauh dari kenyataan.

Secara fitrah dan akal dapat kita bayangkan sesuatu yg diperebutkan tentu memiliki keistimewaan dan nilai tersendiri. Dan sesuatu yg diakui tentu memiliki makna jika mereka berlambang dengannya. Mereka mengakui bahwa Ahlus Sunnah adl pemilik kebenaran. Bukti setelah mereka memakai nama tersebut mereka tdk akan ridha utk dikatakan sebagai ahli bid’ah dan memiliki jalan yg salah. Bahkan mengatakan bahwa diri merupakan pemilik kebenaran tunggal sehingga yg lain adl salah. Mereka tdk sadar kalau pengakuan tersebut merupakan langkah utk membongkar kedok sendiri dan memperlihatkan kebatilan jalan mereka. Yang akan mengetahui hal yg demikian itu adl yg melek dari mereka.

As Sunnah
Berbicara tentang As Sunnah secara bahasa dan istilah sangat penting sekali. Di samping utk mengetahui hakikat juga utk mengeluarkan mereka-mereka yg mengakui sebagai Ahlus Sunnah. Mendefinisikan As Sunnah ditinjau dari beberapa sisi yaitu sisi bahasa syari’at dan generasi yg pertama ahlul hadits ulama ushul dan ahli fiqih.

As Sunnah menurut bahasa
As Sunnah menurut bahasa adl As Sirah baik yg buruk ataupun yg baik. Khalid bin Zuhair Al Hudzali berkata:
Jangan kamu sekali-kali gelisah krn jalan yg kamu tempuh
Keridhaan itu ada pada jalan yg dia tempuh sendiri.

As Sunnah menurut Syari’at Dan Generasi Yang Pertama
Apabila terdapat kata sunnah dlm hadits Rasulullah atau dlm ucapan para sahabat dan tabi’in mk yg dimaksud adl makna yg mencakup dan umum. Mencakup hukum-hukum baik yg berkaitan langsung dgn keyakinan atau dgn amal apakah hukum wajib sunnah atau boleh.

Al Hafidz Ibnu Hajar dlm kitab Fathul Bari 10/341 berkata: “Telah tetap bahwa kata sunnah apabila terdapat dlm hadits Rasulullah mk yg dimaksud bukan sunnah sebagai lawan wajib .”

Ibnu ‘Ajlan dlm kitab Dalilul Falihin 1/415 ketika beliau mensyarah hadits ‘Fa’alaikum Bisunnati’ berkata: “Arti jalanku dan langkahku yg aku berjalan di atas dari apa-apa yg aku telah rincikan kepada kalian dari hukum-hukum i’tiqad dan amalan-amalan baik yg wajib sunnah dan sebagainya.”
Imam Shan’ani berkata dlm kitab Subulus Salam 1/187 ketika beliau mensyarah hadits Abu Sa’id Al-Khudri “di dlm hadits tersebut disebutkan kata ‘Ashobta As Sunnah’ yaitu jalan yg sesuai dgn syari’at.”

Demikianlah kalau kita ingin meneliti nash-nash yg menyebutkan kata “As Sunnah” mk akan jelas apa yg dimaukan dgn kata tersebut yaitu: “Jalan yg terpuji dan langkah yg diridhai yg telah dibawa oleh Rasulullah. Dari sini jelaslah kekeliruan orang2 yg menisbahkan diri kepada ilmu yg menafsirkan kata sunnah dgn istilah ulama fiqih sehingga mereka terjebak dlm kesalahan yg fatal.

As Sunnah Menurut Ahli Hadits
As sunnah menurut jumhur ahli hadits adl sama dgn hadits yaitu: “Apa-apa yg diriwayatkan dari Rasulullah baik berbentuk ucapan perbuatan ketetapan dan sifat baik khalqiyah atau khuluqiyah .

As Sunnah Menurut Ahli Ushul Fiqih
Menurut Ahli Ushul Fiqih As Sunnah adl dasar dari dasar-dasar hukum syaria’at dan juga dalil-dalilnya.
Al Amidy dlm kitab Al Ihkam 1/169 mengatakan: “Apa-apa yg datang dari Rasulullah dari dalil-dalil syari’at yg bukan dibaca dan bukan pula mu’jizat atau masuk dlm katagori mu’jizat”.

As Sunnah Di Sisi Ulama Fiqih
As Sunnah di sisi mereka adl apa-apa yg apabila dikerjakan mendapatkan pahala dan apabila tdk dikerjakan tdk berdosa.

Di sini bisa dilihat mereka yg mengaku sebagai ahlus sunnah –dengan menyandarkan kepada ahli fikih- tdk memiliki dalil yg jelas sedikitpun dan tdk memiliki rujukan hanya sebatas simbol yg sudah usang. Jika mereka memakai istilah syariat dan generasi pertama mereka benar-benar telah sangat jauh. Jika mereka memakai istilah ahli fiqih niscaya mereka akan bertentangan dgn banyak permasalahan. Jika mereka memakai istilah ulama ushul merekapun tdk akan menemukan jawabannya. Jika mereka memakai istilah ulama hadits sungguh mereka tdk memilki peluang utk mempergunakan istilah mereka. Tinggal istilah bahasa yg tdk bisa dijadikan sebagai hujjah dlm melangkah terlebih menghalalkan sesuatu atau mengharamkannya.

Siapakah Ahlus Sunnah

Ahlu Sunnah memiliki ciri-ciri yg sangat jelas di mana ciri-ciri itulah yg menunjukkan hakikat mereka.

1. Mereka adl orang2 yg mengikuti jalan Rasulullah dan jalan para sahabat yg menyandarkan pada Al Qur’an dan As Sunnah dgn pemahaman salafus shalih yaitu pemahaman generasi pertama umat ini dari kalangan shahabat tabi’in dan generasi setelah mereka. Rasulullah bersabda:
“ Sebaik-baik manusia adl generasiku kemudian orang2 setelah mereka kemudian orang2 setelah mereka.”

2. Mereka kembalikan segala bentuk perselisihan yg terjadi di kalangan mereka kepada Al Qur’an dan As Sunnah dan siap menerima apa-apa yg telah diputuskan oleh Allah dan Rasulullah. Firman Allah:
“Maka jika kalian berselisih dlm satu perkara kembalikanlah kepada Allah dan Rasulullah jika kalian beriman kepada Allah dan hari akhir. Dan yg demikian itu adl baik dan lbh baik akibatnya.”
“Tidak pantas bagi seorang mukmin dan mukminat apabila Allah dan Rasul-Nya memutuskan suatu perkara utk mereka akan ada bagi mereka pilihan yg lain tentang urusan mereka. Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya sungguh dia telah sesat dgn kesesatan yg nyata.

3. Mereka mendahulukan ucapan Allah dan Rasul daripada ucapan selain keduanya. Firman Allah:
“Hai orang2 yg beriman janganlah kalian mendahulukan terhadap ucapan Allah dan Rasul dan bertaqwalah kalian kepada Allah sesungguh Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

4. Menghidupkan sunnah Rasulullah baik dlm ibadah mereka akhlak mereka dan dlm semua sendi kehidupan sehigga mereka menjadi orang asing di tengah kaumnya. Rasulullah bersabda tetang mereka:
“Sesungguh Islam datang dlm keadaan asing dan akan kembali pula daam keadaan asing mk berbahagialah orang2 dikatakan asing.”

5. Mereka adl orang2 yg sangat jauh dari sifat fanatisme golongan. Dan mereka tdk fanatisme kecuali kepada Kalamullah dan Sunnah Rasulullah. Imam Malik mengatakan: “Tidak ada seorangpun setelah Rasulullah yg ucapan bisa diambil dan ditolak kecuali ucapan beliau.”

6. Mereka adl orang2 yg menyeru segenap kaum muslimin agar bepegang dgn sunnah Rasulullah dan sunnah para shahabatnya.

7. Mereka adl orang-oang yg memikul amanat amar ma’ruf dan nahi munkar sesuai dgn apa yg dimaukan Allah dan Rasul-Nya. Dan mereka mengingkari segala jalan bid’ah dan kelompok-kelompok yg akan mencabik-cabik barisan kaum muslimin.

8. Mereka adl orang2 yg mengingkari undang-undang yg dibuat oleh manusia yg menyelisihi undang-undang Allah dan Rasulullah.

9. Mereka adl orang2 yg siap memikul amanat jihad fi sabilillah apabila agama menghendaki yg demikian itu.

Syaikh Rabi’ dlm kitab beliau Makanatu Ahli Al Hadits hal. 3-4 berkata: “Mereka adl orang2 yg menempuh manhaj - para sahabat dan tabi’in dlm berpegang terhadap kitabullah dan sunnah Rasulullah dan menggigit dgn gigi geraham mereka. Mendahulukan kedua atas tiap ucapan dan petunjuk kaitan dgn aqidah ibadah mu’amalat akhlaq politik maupun persatuan. Mereka adl orang2 yg kokoh di atas prinsip-prinsip agama dan cabang-cabang sesuai dgn apa yg diturunkah Allah kepada hamba dan Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alahi wasallam. Mereka adl orang2 yg tampil utk berdakwah dgn penuh semangat dan kesungguh-sungguhan. Mereka adl para pembawa ilmu nabawi yg melumatkan segala bentuk penyelewengan orang2 yg melampaui batas kerancuan para penyesat dan takwil jahilin. Mereka adl orang2 yg selalu mengintai tiap kelompok yg menyeleweng dari manhaj Islam seperti Jahmiyah Mu’tazilah Khawarij Rafidah Murji’ah Qadariyah dan tiap orang yg menyeleweng dari manhaj Allah mengikuti hawa nafsu pada tiap waktu dan tempat dan mereka tdk pernah mundur krn cercaan orang yg mencerca.”

Ciri Khas Mereka
1. Mereka adl umat yg baik dan jumlah sangat sedikit yg hidup di tengah umat yg sudah rusak dari segala sisi. Rasulullah bersabda:
“Berbahagialah orang yg asing itu orang2 baik yg berada di tengah orang2 yg jahat. Dan orang yg memusuhi lbh banyak daripada orang yg mengikuti mereka.”

Ibnul Qoyyim dlm kitab Madarijus Salikin 3/199-200 berkata: “Ia adl orang asing dlm agama dikarenakan rusak agama mereka asing pada berpegang dia terhadap sunnah dikarenakan berpegang manusia terhadap bid’ah asing pada keyakinan dikarenakan telah rusak keyakinan mereka asing pada shalat dikarenakan jelek shalat mereka asing pada jalan dikarenakan sesat dan rusak jalan mereka asing pada nisbah dikarenakan rusak nisbah mereka asing dlm pergaulan bersama mereka dikarenakan bergaul dgn apa yg tdk diinginkan oleh hawa nafsu mereka”.

Kesimpulan dia asing dlm urusan dunia dan akhirat dan dia tdk menemukan seorang penolong dan pembela. Dia sebagai orang yg berilmu ditengah orang2 jahil pemegang sunnah di tengah ahli bid’ah penyeru kepada Allah dan Rasul-Nya di tengah orang2 yg menyeru kepada hawa nafsu dan bid’ah penyeru kepada yg ma’ruf dan mencegah dari kemungkaran di tengah kaum di mana yg ma’ruf menjadi munkar dan yg munkar menjadi ma’ruf.”

Ibnu Rajab dlm kitab Kasyfu Al Kurbah Fi Washfi Hal Ahli Gurbah hal 16-17 mengatakan: “Fitnah syubhat dan hawa nafsu yg menyesatkan inilah yg telah menyebabkan berpecah ahli kiblat menjadi berkeping-keping. Sebagian mengkafirkan yg lain sehingga mereka menjadi bermusuh-musuhan berpecah-belah dan berpartai-partai yg dulu mereka berada di atas satu hati. Dan tdk ada yg selamat dari semua ini melainkan satu kelompok. Merekalah yg disebutkan dlm sabda Rasulullah: “Dan terus menerus sekelompok kecil dari umatku yg membela kebenaran dan tdk ada seorangpun yg mampu memudharatkan siapa saja yg menghinakan dan menyelisihi mereka sampai datang keputusan Allah dan mereka tetap di atas yg demikian itu.”

2. Mereka adl orang yg berada di akhir jaman dlm keadaan asing yg telah disebutkan dlm hadits yaitu orang2 yg memperbaiki ketika rusak manusia. Merekalah orang2 yg memperbaiki apa yg telah dirusak oleh manusia dari sunnah Rasulullah. Merekalah orang2 yg lari dgn membawa agama mereka dari fitnah. Mereka adl orang yg sangat sedikit di tengah-tengah kabilah dan terkadang tdk didapati pada sebuah kabilah kecuali satu atau dua orang bahkan terkadang tdk didapati satu orangpun sebagaimana permulaan Islam.

Dengan dasar inilah para ulama menafsirkan hadits ini. Al Auza’i mengatakan tentang sabda Rasulullah: “Islam datang dlm keadaan asing dan akan kembali dlm keadaan asing.” Adapun Islam itu tdk akan pergi akan tetapi Ahlus Sunnah yg akan pergi sehingga tdk tersisa di sebuah negeri melainkan satu orang.” Dengan makna inilah didapati ucapan salaf yg memuji sunnah dan mensifati dgn asing dan mensifati pengikut dgn kata sedikit.”

Demikianlah sunnatullah para pengikut kebenaran. Sepanjang perjalanan hidup selalu dlm prosentase yg sedikit. Allah berfiman:
“Dan sedikit dari hamba-hamba-Ku yg bersyukur.”

Dari pembahasan yg singkat ini jelas bagi kita siapakah yg dimaksud dgn Ahlus Sunnah dan siapa-siapa yg bukan Ahlus Sunnah yg hanya penamaan semata. Benarlah ucapan seorang penyair mengatakan :
Semua orang mengaku telah menggapai si Laila
Akan tetapi si Laila tdk mengakuinya
Walhasil Ahlus Sunnah adl orang2 yg mengikuti Al Qur’an dan As Sunnah dgn pemahaman amalan dan dakwah salafus shalih.

Sumber: www.asysyariah.com

PACARAN DALAM ISLAM

PACARAN TIDAK DIKENAL DALAM ISLAM

Istilah berpacaran itu sendiri bisa diartikan berbeda, kalaulah pacaran yang saudari maksudkan adalah kisah sejoli yang hanya sekedar untuk menjalin hubungan kasih dua sejoli, untuk fun dan menjurus pada kemaksiatan, maka hal itu tidak diperbolehkan. Akan tetapi jikalau yang dimaksud BERPACARAN?

disini sebagai instrument untuk mengenal calon pendamping lebih jauh, dengan catatan batasan-batasan syariat harus dijaga, maka boleh-boleh saja, karena dalam Islam itu sendiri ada istilah taâaruf sebelum pernikahan. Tujuan taâaruf disini adalah sebatas untuk mengenal karakter calon pasangan kita, bukan untuk having fun together?. Pergi berduaan tanpa ditemani mahram atau keluarga, seharusnya dihindari. Karena kita tidak tahu apa yang bisa dan mungkin terjadi. Ketentuan ini ahrus tetap berlaku meskipun sudah dalam proses menuju pernikahan. Selama pernikahan belum terlaksana boleh? tetaplah non mahram tidak boleh. Batasan-batasan syariat juga harus tetap dijaga. Didalam sebuah hadist shohih Rasulullah saw. menegaskan Tidaklah diperkenankan bagi laki-laki dan perempuan untuk berkhalwat (berduaan), karena sesungguhnya ketiga dari mereka adalah syetan, kecuali adanya mahram.? (HR Ahmad dan Bukhari Muslim, dari Amir bin Rabiâah)

Menanggapi pertanyaan kedua, yaitu masalah pergaulan, memang betul apa yang dikatakan saudari Anna bahwa posisi kita saat ini sangatlah sulit. Dalam artian kita hidup dengan manusia yang mempunyai prinsip dan pandangan hidup yang berbeda. Bahkan di kota-kota besar masyarakat kita bisa dikatakan memiliki kecendrungan hidup bebas. Terkadang dengan kondisi seperti itu, kita menghadapi sebuah dilema bagaimana menempatkan diri dalam dunia pergaulan agar kita dapat diterima oleh lingkungan, dan keyakinan atau syariat islam pun tetap terjaga. Namun sebetulnya kaidah yang paling tepat dalam pergaulan, khususnya dengan lawan jenis, adalah pandai-pandai menempatkan diri dan menjaga hati. Usahakanlah untuk mengerti situasi kapan kita harus serius dan kapan harus santai, "think before you act" sangatlah penting.

Meskipun demikian, menjaga pandangan adalah sangat dianjurkan, namun inti dari ajaran ini adalah bagaimana kita menjaga hati. Istilahnya, untuk apa kita menundukkan pandangan, jika hati tidak kita tundukkan???.

Semua tergantung dari niat kita. Contohnya, dalam suasana kantor atau organisasi di mana kita dituntut untuk berinteraksi dengan orang banyak, baik laki-laki atau perempuan, kita tentu saja diperbolehkan mengadakan contact dengan lawan jenis. Pada prinsipnya, di mana maksud kita untuk kebaikan dan batasan-batasan syariat tetap dijaga, semua sah-sah saja. Islam tidaklah pernah bertujuan untuk mempersulit , tapi justru mempermudah hidup kita. Segala yang disyariatkan sudah barang tentu demi kebaikan ummat manusia...

Etika pergaulan dalam islam adalah, khususnya antara lelaki dan perempuan garis besarnya adalah sbb:

1. Saling menjaga pandangan di antara laki-laki dan wanita, tidak boleh melihat aurat , tidak boleh memandang dengan nafsu dan tidak boleh melihat lawan jenis melebihi apa yang dibutuhkan. (An-Nur:30-31)
2. Sang wanita wajib memakai pakaian yang sesuai dengan syari'at, yaitu pakaian yang menutupi seluruh tubuh selain wajah, telapak tangan dan kaki (An-Nur:31)
3. Hendaknya bagi wanita untuk selalu menggunakan adab yang islami ketika bermu'amalah dengan lelaki, seperti:
* Di waktu mengobrol hendaknya ia menjahui perkataan yang merayu dan menggoda (Al-Ahzab:32)
* Di waktu berjalan hendaknya wanita sesuai dengan apa yang tertulis di surat (An-Nur:31 & Al-Qisos:25)
4. Tidak diperbolehkan adanya pertemuan lelaki dan perempuan tanpa disertai dengan muhrim.

BAGAIMANA PACARAN MENURUT ISLAM ?
sumber : Ngaji Salaf 2000


Pada pembahasan sesion ini kita akan mengangkat masalah pacaran. Pacaran yang sudah merupakan fenomena mengejala dan bahkan sudah seperti jamur dimusim hujan menjadi sebuah ajang idola bagi remaja . Cinta memang sebuah anugerah, cinta hadir untuk memaniskan� hidup di dunia apalagi rasa cinta kepada lawan jenis, sang pujaan hati atau sang kekeasih hati menjadikan cinta itu begitu terasa manis bahkan kalo orang bilang bila orang udah cita maka empedu pun terasa seperti gula. Begitulah cinta, sungguh hal yang telah banyak menjerumuskan kaum muslimin ke dalam jurang kenistaan manakala tidak berada dalam jalur rel yang benar. Mereka sudah tidak tahu lagi mana cinta yang dibolehkan dan mana yang dilarang.

Kehidupan seorang muslim atau muslimah tanpa pacaran adalah hambar, begitulah kata mereka. Kalau dikatakan nggak usah kamu pacaran maka serentak ia akan mengatakan " Lha kalo nggak pacaran, gimana kita bisa ngenal calon pendamping kita ?". kalo dikatakan pacaran itu haram akan dikatakan, " pacaran yang gimana dulu.". Beginilah keadaan kaum muda sekarang, racun syubhat, dan racun membela hawa nafsu sudah menjadi sebuah hakim� akan hukum halal-haram, boleh dan tidak. Tragis memang kondisi kita ini, terutama yang muslimah. Mereka para muslimah kebanyakan berlomba-lomba untuk mendapatkan sang pacar atau sang kekasih, apa sebabnya, " Aku takut nggak dapat jodoh ". Muslimah banyak ketakutannya tentang calon pendamping, karena mereka tahu bahwa perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1 : 5. Tapi apakah jalan pacaran sebagai penyelesaian ? Jawabnya Tidak. Bagaimana bisa, kita ikuti selengkapnya pembahasan ini sebagai berikut, ( diambil dari buku Pacaran dalam Kacamata Islam karya Abdurrahman al-Mukaffi)

Dikatakan beliau bahwa� pacaran dikategorikan sebagai nafsu syahwat yang tidak dirahmati oleh Allah, karena ketiga rukun yang menumbuhkan rasa cinta menyatu di luar perkawinan. Hal ini dilakukan dengan dalih sebagai suatu penjajakan guna mencari partner yang ideal dan serasi bagi masing-masing pihak. Tapi dalam kenyataannya masa penjajakan ini tidak lebiih dimanfaatkan sebagai pengumbaran nafsu syahwat semata-mata, bukan bertujuan secepatnya untuk melaksanakan perkawinan

Hal ini tercermin dari anggapan mereka bahwa merasakan ideal dalam memilih partner jika ada sifat-sifat sebagai berikut :

1.

Mereka merasa beruntung sekali jika selalu dapat berduaan, dan berpisah dalam waktu pendek saja tidak tahan rasanya. Dan keduanya merasa satu sama lain saling memerlukan.
2.

Mereka merasa cocok satu sama lainnya. Karena segala permasalahan yang sedang dihadapi dan dirasakan menjadi masalah yang perlu dicari pemecahannya bersama. Hal ini dimungkinkan karena mereka satu dengan lainnya merasa dapat mencapai saling pengertian dalam seluruh aspek kehidupannya.
3.

Mereka satu sama lain senantiasa berusaha sekuat tenaga untuk menuruti kemauan sang kekasih. Hal ini dimungkinkan karena perasaan cinta yang telah tumbuh secra sempurna dengan pertautan yang kuat.

Tapi tanpa disadari, pacaran itu sendiri telah melambungkan perasaan cinta maki tinggi. Di sisi lain pacaran menjurus pada hubungan intim yang merusak cinta, melemahkan dan meruntuhkannya. Karena pada hakekatnya hubungan intim dalam pacaran adalah tujuan yang hendak dicapai dalam pacaran. Oleh karena itu orang yang pacaran selalu mendambakan kesyahduan. Dengan tercapainya tujuan tersebut kemungkinan tuntutannya pun mereda dan gejolak cintanya melemah. Hingga kebencian menghantui si bunga yang telah layu, karena si kumbang belang telah menghisap kehormatan secara haram.

Tak ubahnya seperti apa yang dinginkan oleh seorang pemuda untuk memadu cinta dengan dara jelita kembang desanya. dalam pandangannya sang dara tampak begitu sempurna. Higga kala itu pikiran pun hanyut, malam terkenang, siang terbayang, maka tak enak, tidur pun tak nyenyak, selalu terbayang si� dia yang tersayang. Hingga tunas kerinduan menjamur menggapai tangan, menggelitik sambil berbisik. Bisikan nan gemulai, tawa-tawa kecil kian membelai, canda-canda hingga terkulai, karena asyik, cinta pun telah menggulai. Menggulai awan yang mengawang, merobek cinta yang tinggi membintang, hingga luka mengubur cinta..

ADAB DAN AKHLAK

ADAB DAN AKHLAK DALAM KESEMPURNAAN ISLAM

Al Ustadz Abu Usamah bin Rawiyah An Nawawi

Adab dan akhlak dlm pandangan agama memiliki kedudukan yg tinggi dan mulia. Juga di hadapan Allah dan Rasul-Nya bahkan di hadapan seluruh makhluk. Namun banyak orang mengentengkan masalah ini dan menjadikan seakan-akan bagian luar dan jauh dari agama. Sesungguh tdk demikian. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيْمٍ “Sesungguh kamu berbudi pekerti yg agung.” Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah berkata: “Makna adalah engkau berada di atas tabiat yg mulia.” Kata Al-Mawardi: “Ini makna yg nampak.”

Ibnu Katsir rahimahullah berkata: “Makna adl bahwa pengamalan Al Qur’an perintah dan larangan telah menjadi tabiat dan akhlak beliau dan beliau meninggalkan tabiat bawaan sehingga apapun yg Al Qur’an perintahkan mk beliau melaksanakan dan apapun yg dilarangan beliau meninggalkan hal tersebut. Berikut hal-hal yg telah diberikan oleh Allah dari akhlak yg agung seperti sifat malu dermawan pemberani pemaaf lemah-lembut dan semua bentuk akhlak yg baik sebagaimana telah shahih dari Anas bin Malik Mutafaq ‘alaih: “Aku telah berkhidmat kepada Rasulullah selama sepuluh tahun. Beliau tdk pernah mengatakan ‘ah’ sama sekali dan tdk pernah berta jika aku melakukan sesuatu kenapa aku melakukan dan pada sesuatu yg tdk aku lakukan beliau tdk mengatakan kenapa kamu tdk melakukannya? Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adl orang yg paling baik kelakuannya. Aku tdk pernah menyentuh sutra atau sesuatu pun yg lbh lembut dari tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Aku pun tdk pernah mencium misk dan minyak wangi yg lbh wangi dari keringat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لاَنْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِيْ اْلأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ “Maka disebabkan rahmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekira kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah mereka menjauh kan dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka. Mohonkanlah ampun bagi mereka dan musyawarahlah bersama mereka dlm urusan itu . kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad mk bertawakkal-lah. Karena sesungguh Allah menyukai orang2 yg bertawakkal kepada-Nya.” Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan: “Makna ayat ini adl bahwa Rasulullah ketika bersikap lemah lembut terhadap orang2 yg lari dari perang Uhud dan tdk memperlakukan mereka dgn kasar Allah menjelaskan bahwa beliau bisa melakukan hal itu disebabkan taufik dari Allah.” Ibnu Katsir mengatakan: Al-Hasan Al-Bashri berkata: “Demikianlah akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus beliau dengannya.” Abdullah bin ‘Umar radhiallahu ‘anhuma berkata: “Aku menjumpai sifat Rasulullah dlm kitab-kitab terdahulu bahwa beliau tdk berkata kasar kotor dan tdk pula berteriak-teriak di pasar dan tdk membalas perbuatan jelek dgn kejelekan tetapi beliau sangat pemaaf.” Syaikh Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah mengatakan: “Akhlak yg baik bila menyertai seorang pemimpin di dunia akan menarik orang2 utk masuk ke dlm agama dan mendorong mereka utk cinta kepada dan tentu dia akan mendapatkan pujian dan pahala yg khusus. Apabila akhlak yg jelek menyertai seorang pemimpin dlm agama hal ini menyebabkan orang2 lari dari agama dan membenci agama tersebut. Bersamaan dgn itu pelaku mendapatkan cercaan dan adzab yg khusus. Kalau Allah mengatakan demikian kepada Rasul-Nya mk lebih-lebih kepada orang lain. Bukankah termasuk dari kewajiban yg wajib dan perkara yg sangat penting adl mengikuti akhlak-akhlak Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallamdan bergaul bersama orang lain dgn cara meneladani pergaulan beliau berupa sifat kelemahlembutan akhlak yg baik dan penyayang dlm rangka melaksanakan perintah Allah dan menarik orang ke dlm agama Allah.” Demikian beberapa ayat yg menjelaskan kedudukan adab dan akhlak di dlm agama berikut ucapan beberapa ulama ahli tafsir. Adapun dari Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terlalu banyak dan kita mencukupkan hadits dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdirrahman Mu’adz bin Jabal dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُ مَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ “Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu berada dan ikutilah perbuatan jelek dgn perbuatan baik niscaya perbuatan baik itu akan menghapus perbuatan jelek dan berakhlaklah kamu kepada manusia dgn akhlak yg baik.” 1 Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah: “Pergaulilah manusia dgn akhlak yg baik dlm ucapan ataupun perbuatan hal itu adl sangat baik dan perintah ini bisa menunjukkan wajib atau menunjukkan sunnah dan bisa diambil faidah dari yaitu disyariatkan bergaul bersama manusia dgn perilaku yg baik Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tdk membatasi bagaimana cara bergaul dgn akhlak krn penerapan akhlak yg baik itu berbeda sesuai dgn kondisi orang. Ada akhlak di sisi seseorang baik dan di sisi orang lain jelek dan tiap orang yg berakal mengerti dan menimbang hal itu.” Begitu pula bila kita melihat kitab-kitab karya para ulama kita akan menemukan pembahasan tentang adab dan akhlak baik dlm kitab khusus ataupun dlm pembahasan tersendiri secara global maupun secara terperinci. Contoh Al-Imam Al-Bukhari di dlm kitab Shahih beliau menulis sebuah judul pembahasan Kitab Adab. Lebih khusus lagi beliau memiliki kitab Al-Adab Al-Mufrad. Al-Imam Muslim di dlm kitab Shahih beliau menulis sebuah bab Kitab Al-Birr wash Shilah wal Adab. Al-Imam At-Tirmidzi rahimahullah dlm Sunan- menulis pembahasan khusus yg terkait dgn adab berjudul Kitab Al-Adab. Al-Imam Ibnu Majah di dlm Sunan beliau menulis sebuah judul pembasan Kitab Adab. Al-Imam Al-Ajurri menulis sebuah kitab yg berjudul Akhlak Ulama Ibnu Hazm memiliki karya berjudul Al-Akhlaq wa As-Sair fi Mudawaati An-Nufus Badruddin Abu Ishaq Ibrahim memiliki karya berjudul Tadzkiratu As-Sami’ wa Mutakallim fi Adab Al-’Alim wa Al-Muta’allim. Dan masih banyak kitab ulama terdahulu yg memberikan perhatian tinggi terhadap permasalahan adab dan akhlak2 yg semua menunjukkan bahwa adab dan akhlak adl perkara yg tdk bisa lepas dari agama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: إِنَّمَا بُعِثْتُ ِلأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلاَقِ “Sesungguh aku diutus utk menyempurnakan budi pekerti yg baik.” 3 Begitu pun ulama di masa kini memberikan perhatian yg besar terhadap akhlak. Ini bisa dilihat pada karya-karya mereka seperti Asy-Syaikh Jamaluddin Al-Qashimi menulis sebuah kitab Jawami’ul Adab fi Akhlaq Al-Anjab Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baz menulis risalah berjudul Al-Ilmu wa Akhlaq Ahlihi Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin memiliki risalah berjudul Makarimul Akhlaq Asy-Syaikh Muqbil di dlm kitab beliau Al-Jami’ush Shahih menulis kitab Al-Adab
Seorang Da’i dan Akhlak Da’i merupakan manzilah yg tinggi di hadapan Allah. Untuk mendapatkan gelar tersebut tentu dgn memperbaiki hubungan dgn Allah dan menggali agama-Nya.4 Kata da’i dlm bahasa syariat memiliki dua makna. Pertama da’i yg berada di tepi neraka jahannam sebagaimana dlm hadits Hudzaifah Ibnul Yaman radhiallahu ‘anhu yg dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan juga hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu dlm riwayat Al-Imam Ahmad dan mafhum dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala: ادْعُ إِلَى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ “Serulah kepada jalan Rabbmu dgn hikmah..” Kedua da’i ilallah sebagaimana dlm ayat di atas. Adapun da’i ilallah hendak menjadikan firman Allah di bawah ini sebagai perhiasan dlm langkah memikul amanat yg besar ini: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجَو اللهَ وَالْيَوْمَ اْلآخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا “Sungguh telah ada pada diri Rasul suri tauladan yg baik bagi bagi orang yg mengharap Allah dan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullah mengatakan: “Di dlm ayat ini terdapat cercaan bagi orang2 yg tdk menyertai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dlm peperangan. Sesungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yg baik arti bahwa Rasulullah telah mengorbankan diri utk berperang dan keluar menuju Khandaq utk membela agama Allah. Dan ayat ini walaupun sebab khusus namun yg dimaksud adl umum dlm segala hal.” Ada beberapa perkara penting yg terkait dgn akhlak seorang alim dan da’i ilallah. Dibawakan oleh Al-Imam Al-Ajurri rahimahullah di dlm kitab beliau Akhlaq Ulama : “Apabila Allah mengangkat seseorang di hadapan orang2 yg beriman sebagai sosok yg berilmu dan sosok yg ilmu dibutuhkan oleh tiap orang mk ia berusaha menjadi orang yg tawadhu’ terhadap orang alim seperti diri atau orang di bawahnya. Adapun ketawadhu’an terhadap orang yg sederajat dengan muncul dlm bentuk rasa cinta kasih kepada mereka dan sangat berharap utk dekat dengan dan bila orang tersebut tdk ada di samping mk hati mereka selalu berkait dengannya.” Kemudian beliau mengatakan termasuk dari sifat seorang alim adl tdk pernah mencari kedudukan di sisi para raja dan tdk menghinakan diri di hadapan mereka menjaga ilmu kecuali kepada pemilik tdk pernah mengambil upah atas ilmu dan tdk pula dijadikan jembatan utk terpenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Dia tdk mendekat kepada pemilik dunia dan menjauhi orang2 fakir bahkan dia menjauhi ahli dunia dan merendah diri di hadapan orang fakir dan orang shalih utk menyampaikan ilmu kepada mereka. Kalau dia memiliki sebuah majelis ilmu mk dia berperilaku baik kepada tiap orang yg duduk di majelis lemah-lembut kepada orang yg berta dan senantiasa menampilkan akhlak yg baik dan menjauhi akhlak yg rendah
Dari uraian di atas mk jelas bahwa Islam dgn kesempurnaan dan keluasan cakupan dlm bentuk aqidah manhaj ibadah akhlak mk tdk boleh utk dipisah-pisah dan kita dituntut utk mengamalkan Islam sesempurna mungkin. Akhlak tdk bisa dipisahkan dari manhaj aqidah atau ibadah. Arti dlm bermanhaj beraqidah dan beribadah butuh kepada akhlak yg baik yg mencerminkan pembawa bendera ilmu Al Kitab dan As Sunnah di atas pemahaman As-Salafus Shalih.Wallahu a’lam
1 Dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dlm Shahihul Jami’ no. 97 2 Seperti Al-Imam An-Nawawi di dlm Kitab Riyadhus Shalihin dan Al-Hafidz Ibnu Hajar menulis sebuah judul di dlm kitab Bulughul Maram Kitab Al-Jami’ bab Al-Adab dsb
3 Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dlm Silsilah Ash-Shahihah no. 45 4 Sebagaimana firman Allah: يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُوْا مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ Allah akan mengangkat orang2 yg beriman dan orang2 yg diberi ilmu beberapa derajat.

Sumber: www.asysyariah.com

GAMBAR LUCU





WAHABISME MENYUSUP

Islam Radikal atau Wahabisme Menyusup Ke SMU-SMU Kamis, 17 Desember, 2009

Beberapa hasil penelitian menemukan fakta lapangan bahwa gerakan dan jaringan radikalisme Islam telah lama menyusup ke sekolah umum, yaitu SMU. Siswa-siswi yang masih sangat awam soal pemahaman agama dan secara psikologis tengah mencari identitas diri ini menjadi lahan yang diincar oleh pendukung ideology radikalisme. Targetnya bahkan menguasai organisasi siswa intra sekolah (OSIS), paling tidak bagian rohani Islam (ROHIS).

Tampaknya jaringan ini telah mengakar dan menyebar di berbagai sekolah, sehingga perlu dikaji dan diresponi secara serius, baik oleh pihak sekolah, pemerintah dan orangtua. Kita tentu senang anak-anak itu belajar agama. Tetapi yang mesti diwaspadai adalah ketika ada penyebar ideology radikal yang kemudian memanfaatkan symbol, sentimen dan baju Islam untuk melakukan cuci otak (brainwash) pada mereka yang masih pemula belajar agama untuk tujuan yang justeru merusak agama dan menimbulkan konflik.
Ada beberapa ciri dari gerakan ini yang perlu diperhatikan oleh guru dan orangtua. Pertama, para tutor penyebar ideologi kekerasan itu selalu menanamkan kebencian terhadap negara dan pemerintahan. Bahwa pemerintahan Indonesia itu pemeritahan taghut, syaitan, karena tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai dasarnya. Pemerintahan manapun dan siapapun yang tidak berpegang pada Al-Qur’an berarti melawan Tuhan dan mereka mesti dijauhi, atau bahkan dilawan.
Kedua, para siswa yang sudah masuk pada jaringan ini menolak menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, terlebih lagi upacara hormat bendera. Kalaupun melakukan, itu semata hanya untuk mencari selamat, tetapi hatinya mengumpat. Mereka tidak mau tahu bahwa sebagai warga negara mesti mengikuti dan menghargai tradisi, budaya dan etika berbangsa dan bernegara, dibedakan dari ritual beragama.
Ketiga, ikatan emosional pada ustadz, senior dan kelompoknya lebih kuat dari ikatan keluarga dan almamaternya. Keempat, kegiatan yang mereka lakukan dalam melakukan pengajian dan kaderisasi bersifat tertutup dengan menggunakan lorong dan sudut-sudut sekolah sehingga terkesan sedang studi kelompok. Lebih jauh lagi untuk pendalamannya mereka mengadakan outbond atau mereka sebut rihlah, dengan agenda utamanya renungan dan baiat.
Kelima, bagi mereka yang sudah masuk anggota jamaah dikenakan membayar uang sebagai pembersihan jiwa dari dosa-dosa yang mereka lalukan. Jika merasa besar dosanya, maka semakin besar pula uang penebusannya.
Keenam, ada di antara mereka yang mengenakan pakaian secara khas yang katanya sesuai dengan ajaran Islam serta bersikap sinis terhadap yang lain.
Ke tujuh, umat Islam di luar kelompoknya dianggap fasiq dan kafir sebelum melakukan hjrah bergabung dengan mereka.
Ke delapan, mereka enggan dan menolak mendengarkan ceramah keagamaan di luar kelompoknya. Meskipun pengetahuan mereka tentang Al-Qur’an masih dangkal, namun mereka merasa paling benar keyakinan agamanya sehingga meremehkan dan bahkan membenci ustad di luar kelompoknya.
Kesembilan, di antara mereka itu ada yang kemudian keluar setelah banyak bergaul, diskusi secara kritis dengan ustadz dan intelektual di luar kelompoknya, namun ada juga yang kemudian bersikukuh dengan keyakinannya sampai masuk ke perguruan tinggi.
JUGA MENYUSUP KE KAMPUS-KAMPUS
Mengingat jaringan Islam yang tergolong garis keras (hardliners) menyebar di berbagai SMU di kota-kota Indonesia, maka sangat logis kalau pada urutannya mereka juga masuk ke ranah perguruan tinggi. Bahkan, menurut beberapa sumber, alumni yang sudah duduk sebagai mahasiswa selalu aktif berkunjung ke almamaternya untuk membina adik-adiknya yang masih di SMU. Ketika adik-adiknya masuk ke Perguruan Tinggi, para seniornya inilah yang membantu beradabtasi di kampus sambil memperluas jaringannya.
Beberapa sumber menyebutkan, kampus adalah tempat yang strategis dan leluasa untuk menyebarkan gagasan radikalisme ini dengan alasan di kampuslah kebebasan berpendapat, berdiskusi dan berkelompok dijamin. Kalau di tingkat SMU pihak sekolah dan guru sesungguhnya masih mudah intervensi, tidaklah demikian halnya di kampus. Mahasiswa memiliki kebebasan karena jauh dari orangtua dan dosen pun tidak akan mencampuri urusan pribadinya.
Namun karena interaksi intelektual berlangsung intensif, deradikalisasi di kampus lebih mudah dilakukan dengan menerapkan materi dan metode yang tepat. Penguatan mata kuliah Civic Education dan Pengantar Studi Islam secara konprehensif dan kritis oleh Professor ahli mestinya dapat mencairkan faham keislaman yang ekslusif dan sempit serta merasa paling benar.
Sejauh ini kelompok-kelompok radikal mengindikasikan adanya hubungan famili dan persahabatan yang terbina di luar wilayah sekolah dan kampus. Yang patut diselidiki juga menyangkut dana. Para aktivis radikalis itu tidak saja bersedia mengurbankan tenaga dan pikiran, namun rela tanpa di bayar untuk memberikan ceramah keliling. Lalu kalau berbagai kegiatan itu memerlukan dana, diri mana sumbernya? Ini juga suatu teka-teki.
Disinyalir memang ada beberapa organisasi keagamaan yang secara aspiratif dekat atau memiliki titik singgung dengan gerakan garis keras ini. Mereka bertemu dalam hal tidak setia membela NKRI dan Pancasila sebagai ideologi serta pemersatu bangsa. Mereka tidak bisa menghayati dan menghargai bahwa Islam memiliki surplus kemerdekaan dan kebebasan di negeri ini. Di Indonesia ini ada Parpol Islam, Bank Syariah, UU Zakat dan Haji dan sekian fasilitas yang diberikan pemerintah untuk pengembangan agama. Kalau pun umat Islam tidak maju atau merasa kalah, lakukanlah kritik diri, tetapi jangan rumah bangsa ini dimusuhi dan dihancurkan karena penghuni terbanyak yang akan merugi juga umat Islam.
Kita berharap baik Mendiknas maupun Menag menaruh perhaian serius terhadap gerakan radikalisasi keagamaan di kalangan pelajar.
Sumber :
http://news.okezone.com/read/2009/10/23/58/268509/radikalisme-islam-menyusup-ke-smu